26/12/11

A Princess and A Gypsy Boy

Suatu hari di sebuah kerajaan yang entah berantah tinggal seorang putri raja yang cantik jelita. Sang putri sangat dekat dengan ayahnya sang raja, sang raja juga sangat menyayangi putrinya. Suatu ketika, sang raja menyuruh abdi kerajaan untuk mengajarkan sang putri berkuda. Sang putri harus bisa berkuda agar ia bisa berjalan-jalan dengan cepat kemanapun, memudahkannya berkeliling kerajaan dan mengenal rakyatnya.

Satu-dua hari sang putri diajarkan dasar-dasar berkuda, hingga akhirnya ia mahir dan dapat berkuda sendiri. Sang putri sering kali berkuda ke tengah hutan, karena sepi dan sunyi. Arus sungai yang jernih dan suara burung yang merdu juga menjadi alasan bagi sang putri untuk bermain ke tengah hutan. Hingga suatu hari ketika sang putri tengah berkuda, ia melihat segerombolan gypsy berkemah di hutan. Sang putri sangat tertarik dengan gerombolan gypsy ini. Mereka berbicara sangat cepat dan gerak-gerik mereka aneh, tidak seperti orang biasanya. Sang putri menganggap ini sebagai hal yang lucu dan tidak berbahaya. Ia pun mendekati gerombolan gypsy ini, dan berkenalan dengan mereka.

Tanpa disadari, sang putri tertarik dengan salah satu dari mereka. Dan mereka pun menjalin hubungan yang istimewa. Setiap kali sang putri berkuda ke tengah hutan, lelaki gypsy ini memperkenalkan hal-hal yang menjadi ciri khas kaum gypsy. Mereka bersenda gurau, tertawa bersama, dan menghabiskan waktu dengan riang. Sang putri pun sangat senang, tetapi setiap kali matahari terbenam, ia harus kembali ke kastil atau ayahnya akan marah. Berkali-kali lelaki gypsy ingin mengantarnya pulang tetapi tidak diizinkan oleh sang putri. Sang putri bercerita kepada ibunya, sang ratu, tentang lelaki gypsy ini, tetapi tidak kepada ayahnya. Sang ratu sangat penasaran, karena ia sendiri belum pernah bertemu dengan kaum gypsy.

Hingga suatu hari sang putri dengan sangat gembira datang ke perkemahan lelaki gypsy itu dan berkata bahwa ayahnya sedang tidak di kastil. Ia pun mengajak lelaki gypsy itu untuk datang ke kastilnya untuk bertemu dengan ibunya. Dan lelaki gypsy berjanji untuk datang ketika matahari sudah setinggi ujung tombak dilihat ke arah Barat. Ia pun menepati janjinya. Mereka pun makan malam bersama di kastil. Sang putri dan lelaki gypsy terus bersenda gurau dan tertawa, tetapi ratu tidak mengerti satu pun hal yang mereka ucapkan, karena mereka berbicara sangat cepat.

Keesokan harinya ketika sang raja pulang ke kastil, sang ratu bercerita tentang bagaimana anak mereka sangat akrab dan bahagia bersama lelaki gypsy ini. Sang raja murka, bukan karena anaknya berkenalan dengan kaum gypsy, tetapi karena menjalin hubungan yang istimewa dengan salah satu dari mereka. Sang raja ingin agar anaknya dekat dengan seorang pangeran dari golongan bangsawan, bukan lelaki dari kaum gypsy. Sang putri pun sedih mendengar ini. Ia mencoba menyembunyikan hal ini dari lelaki gypsy. Hari demi hari, mereka menjadi jarang bersenda gurau. Sang putri pun menjadi jarang keluar kastil untuk berkuda agar ayahnya tidak marah. Dan lelaki gypsy pun menjadi bingung, ia bertanya tetapi tak pernah dijawab.

Suatu ketika sang putri diam-diam berkuda untuk menemui lelaki gypsy, tetapi ia dibuntuti oleh sang raja. Ketika mereka bertemu, sang raja pun menampakan dirinya dan memarahi sang putri. Sang raja kemudian mengusir gerombolan gypsy tersebut dari hutan wilayah kerajaannya. Sang putri menangis sangat keras, dan lelaki gypsy ini pun tak bisa berbuat apa-apa. Kaum gypsy memiliki ciri khas untuk berpindah tempat tinggal, dan lelaki gypsy memiliki rencana untuk mengajak sang putri lari dari kerajaan bersama dirinya dan ikut dalam gerombolan gypsy. Tapi ia tahu bahwa itu tindakan yang tidak benar. Kemudian lelaki gypsy merelakan sang putri untuk dibawa kembali ke kastil bersama ayahnya.

Keesokan harinya, sesaat sebelum gerombolan gypsy meninggalkan hutan, lelaki gypsy menerbangkan burung hantu kesayangannya ke kastil untuk memberikan surat kepada sang putri. Ketika burung hantu itu sampai di menara tertinggi kastil, tempat kamar sang putri, sang putri membaca surat dari lelaki gypsy yang mengatakan bahwa burung hantu ini diberikan kepada sang putri agar sang putri dan lelaki gypsy tetap bisa berkomunikasi karena burung hantu ini tahu kemanapun lelaki gypsy pergi. Sang putri pun sangat senang kendati dirinya dipenjara dalam kastil.

Hari demi hari mereka terus saling surat-menyurat. Lelaki gypsy selalu berpindah tempat dan dalam suratnya, ia selalu menuliskan keindahan tempat yang ia diami dan berkata ingin sang putri berada di sisinya untuk menikmati keindahan ini bersama dengan dirinya. Hingga suatu ketika lelaki gypsy menyadari sesuatu, ia tidak bisa terus menerus seperti ini. Ia hanya akan menyakiti sang putri jika terus seperti ini. Bukan kesedihan yang meliputi lelaki gypsy, melainkan ia menyayangkan sang putri yang tak akan pernah melihat indahnya dunia bersama dirinya.

23/12/11

Ibu

Aku ingin ibu disini, disisiku, di kota yang ramah dan lembut ini.

"Bangun nak, matahari sudah terbit. Jalankan amanah yang telah dititipkan kepadamu,"

Semua lelaki di dunia ini memiliki setidaknya dua orang wanita yang penting di hidupnya. Yang menjaga hatinya dan membesarkan hatinya. Ibu terkadang bisa merangkap keduanya.

Maaf bu, 2011 aku tak akan pulang. Januari aku berjanji berada di pelukmu.

12/12/11

Jubah Dewa Kematian

Katakan, apa yang akan kau lakukan jika kau tahu aku ini adalah dewa kematianmu?
Kalimat, kata, atau huruf apa yang akan keluar dari mulut manismu itu, sayangku?
Apa kau akan memakiku, atau kau akan menciumku dengan mesra?

Ketahuilah, aku datang untuk mengambil jiwamu.
Aku datang untuk mengambil mimpi-mimpimu.

Katakan, apa kau akan masih memujaku jika kau tahu aku ini adalah malaikat pencabut nyawamu?
Takutlah kepadaku, manisku.
Karena hidupmu tak akan pernah sama lagi semenjak kau memutuskan untuk mengenalku.

Tahukah kamu siapa aku?
Aku adalah cinta yang kau puja.

28/11/11

Hey, Kau!

Hey, kau!
Aku tahu kau belum tertidur.
Aku tahu kau masih memikirkanku.
Sebut aku over-confidence, sebut aku besar kepala, tapi benar kan?
Benar kan kau belum tertidur karena aku?

Hey, kau!
Apakah matamu masih bersinar seperti pertama kali kita bertemu?
Ya, melewati kacamatamu yang cantik itu.
Masihkah kau tersenyum riang seperti bunga-bunga di musim semi?

Hey, kau!
Tidurlah.
Malam sudah larut dan akan semakin larut.
Selamat bermimpi dan semoga kita dapat bertemu.

22/11/11

Egois

Beberapa hari ini aku merasa sangat egois, entah kenapa. Aku merasa seperti ingin memiliki segalanya sendiri. Serakah? Mungkin. Tapi sepertinya kata-kata egois lebih pas untukku. Aku seperti sedang memiliki kekuatan super yang memungkinkan diriku mendapatkan apapun yang aku ingin dapatkan dan dapat melakukan apa yang ingin aku lakukan.

Bermain futsal merupakan ajang bagiku untuk menjadi sangat egois. Seringkali aku mendapat teriakan, suruhan, untuk mengoper bola. Aku ingin, sungguh, ingin melakukan operan. Tapi entah kenapa rasanya aku bisa membawa bola hingga ke ujung lapangan, menggocek lawan, tapi hanya untuk membawanya ke depan gawang. Tidak, aku tidak ingin melakukan tembakan. Aku hanya ingin membawa bola ke depan gawang.

Wanita pendampingku juga menjadi korban selanjutnya, ah, kenapa? Aku tak ingin dia dekat atau hanya sekedar berbicara dengan yang lain, baik pria maupun wanita. Aku akui aku sering cemburu, tapi mungkin sekali lagi, egois adalah kata yang tepat. Ya, aku ingin memilikinya seutuhnya, hanya aku.

Aku sungguh egois, aku merasakannya. Aku ingin memiliki segalanya. Jika bisa mungkin aku ingin memakan dagingku sendiri sehingga tak ada yang bisa menyentuhku. Aku ingin menjadi superior, tak terkalahkan, sombong, dan egois. Ah, sudah sangat jahat diri ini. Apa mungkin karena aku terlalu banyak kecewa? Terlalu baik memandang dunia, terlalu percaya bahwa orang baik itu ada, dan percaya bahwa aku terlahir sebagai orang baik-baik? Siapa yang tahu?

11/11/11

Teman Baik

Good morning sun shine! Apa kabar kalian di pagi hari yang cerah ini? Setelah semalaman bersama HI UGM 2010 berpesta sate ayam dan kambing di kosan saya, Aldo, dan Ibnu, saya bangun begitu siang... Maklum, cape gan... :P

Well, siang ini saya akan bercerita sedikit tentang seorang teman baik (maybe it's more than one). Seperti apa sih teman baik itu? Apa arti teman baik bagi kita? Mengapa dia mau menjadi teman baik kita? Dan akankah dia terus ada di samping kita?

Punya teman banyak itu bagus, perbanyaklah teman kalian selama kalian hidup. Tak pandang bulu, kaya-miskin, hitam-putih, pokoknya jangan beda-bedain. Teman kalian yang berjumlah banyak ini, bagaimanapun juga, tak semuanya baik, dan tak semuanya jahat. Kayak gimana sih teman baik itu? Bagi saya, teman baik itu adalah teman yang selalu ada ketika kita susah. Mampu membuat kita tertawa ketika kita susah, dan membuat kita memiliki semangat untuk hidup lebih lama lagi. Haha, terdengar klise ya? But, that's true! Teman baik jarang sekali hadir ketika kita senang. Dia tak pernah menanyakan kesenangan yang kita sedang alami, justru bertanya kesulitan apa yang kita alami sehingga dia dapat bertanya, "Bisa kubantu?". Teman baik akan selalu tersenyum pada kita, walaupun ia sendiri sedang mengalami kesulitan. Dia tak akan pernah mengingat hal-hal yang telah dia bantu buat kita. Like a truly angel, haha.

Teman baik bagi saya seperti harapan yang tertinggal di kotak pandora bersama 99 kejahatan lain di dunia. It's like, kamu punya segudang masalah dan kamu hanya perlu satu teman baik untuk bisa mengahdapi itu semua. Utopis? Ya, saya akui saya utopis dalam hal ini. Kalo mau dilihat sesuai perkembangan zaman, emang kayaknya susah sih nyari temen yang kayak gini, haha.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, teman baik itu seperti harapan. Dia ada karena dia harus hadir dalam hidup kita. Teman baik itu seperti takdir yang telah dituliskan oleh Tuhan untuk kita. Masing-masing dari kita sebenarnya memiliki setidaknya satu teman baik. Percaya gak? Lihat Spongebob sama Patrick, Hercules sama Daedalus, Nobita sama Doraemon, dan kisah-kisah dari zaman bahola sampe sekarang, it never ends.

Sudahkah kalian menemui teman baik kalian? Mungkin dia teman SD-mu, mungkin teman les, atau bahkan dia bagian dari keluargamu, sepupu atau kakakmu sendiri? Jika sudah, bersyukurlah kalian telah menemuinya. Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah sampai kapan dia akan menjadi teman baikmu? Teman baik akan selalu menjagamu, watching you like a guardian angel. Meskipun kamu lupa sama dia, dia akan tetap tersenyum jika berjumpa denganmu.

07/11/11

Kontraktor Hutan

Hello, my fellow friends! Apa kabar hari ini? Saya kembali dengan sebuah ide gila, hehe... Have you ever heard about forest contractor? Yap, perbincangan di waktu makan siang saya dengan seorang teman baik saya ini menghasilkan sebuah ide baru yang gila, menarik tapi sulit diaplikasikan, haha...

So, kami sedang berbincang apa kiranya yang dapat kita jadikan sebagai sebuah usaha untuk memperkaya diri. Setelah bertukar-tukar ide gila, akhirnya saya sampai pada sebuah ide yang lebih gila lagi, kontraktor hutan!

Kenapa kontraktor hutan?
Perbincangan kami tadi berujung dengan usaha apa yang paling banyak menghasilkan profit, dan sepakat kontraktor-lah pemenangnya. Setelah menganalisa kembali, kontraktor itu bergerak di bidang pembangunan. Bisa perumahan, apartemen, kantor, jalan, atau bahkan fasilitas negara dan umum. Tapi kenapa gak ada kontraktor hutan? Pemikiran saya mengenai kontraktor hutan berawal dari sedikitnya lahan terbuka di Indonesia (kebayangnya sih Jakarta waktu mikir) dan berkurangnya jumlah hutan di Indonesia akibat berbagai macam alasan. So, I came up with this idea! :D

Apa itu kontraktor hutan?
Dengan menggunakan asas kontraktor, saya berpikir kalo gimana orang-orang yang rumah/tanahnya terabaikan saya beli (untuk modal awal). Kemudian saya menunggu klien yang ingin membangun hutannya sendiri. Ketika ada klien, saya akan menawarkan desain hutan, dan penjelasan mengenai guna hutan tersebut serta cara dan biaya maintenance-nya.

Untungnya apa buat klien?

  1. It's so go green guys! Berapa banyak kita lihat permasalahan lingkungan yang terjadi sekarang ini? Global warming, climate change, apapun istilahnya benar-benar seperti mau bilang, "oke guys, bumi kita sekarat, what will you do?". Nah ini bisa jadi gerakan drastis klien untuk go green! \m/ 
  2. Tanaman yang ada disana, it's yours! Mau kalian tanami buah-buahan atau sayuran, kalian tetap bisa mengambil hasilnya. Hehe, bagi-bagi sama kontraktornya boleh juga lah. 
  3. Bisa jadi alternatif rekreasi kalian bersama orang-orang yang kalian sayangi lho. Berapa banyak taman yang bisa kalian nikmati sepenuhnya? Kenapa gak taman pribadi? Hutan pribadi? :D
  4. Ayo bantu pemerintah melakukan kewajibannya sebagai penjaga paru-paru dunia dan perjanjian-perjanjian internasional yang based on environtment! :)

Kontraktor dapet untung darimana?
Saya akui ide ini memang kurang menguntungkan secara material. Tapi kelebihannya banyak kan? Keuntungan untuk kontraktor saya akan ambil dari biaya maintenance yang paling besar. Kemudian biaya pembangunan dan penumbuhannya kan gak murah tuh, serta ide desainnya.

Kelemahannya?

  1. Berapa banyak orang yang mau punya hutan pribadi? Pasarnya kecil, karena selain harga yang mahal, orang-orang cenderung berpikir untuk membangun rumah yang bisa ditinggali oleh keluarga atau disewakan. 
  2. Waktu yang dibutuhkan untuk menumbuhkan pohon itu lama! It takes years! Berapa banyak orang yang mau menunggu segitu lamanya? Gak seimbang antara apa yang dia keluarkan sama waktu dia bisa menikmati hasilnya. Lebih baik dia investasi saham atau yang lain kan? 
  3. Butuh dukungan pemerintah. Perjanjian internasional akan carbon trade akan sangat mengembangkan bisnis ini. Hehe, bayangkan kalo hutan/oksigen atau emisi karbon dapat dijualbelikan antar negara, pasti laku deh ini bisnisnya.

So, kalian mau jadi kontraktor hutan? Ruginya sih banyak dan pasti sulit menjalankan bisnis ini, tapi manfaatnya banyak kan? :P

03/11/11

Mau Kemana?

Wah, pagi ini saya ditampar oleh salah satu tulisan teman saya. Saya baru sadar bahwa saya dikelilingi oleh teman-teman yang luar biasa.

Sudah lamaaaaaaaaa sekali saya ingin ke luar negeri. Dan beberapa bulan yang lalu saya telah melaksanakan kewajiban saya untuk memenuhi hukum sunah anak-anak HI (gak afdol bagi anak HI kalo belum ke luar negeri). Korea Selatan menjadi tujuan, simply karena orang tua yang bayarin... -_-'

Oke, menyenangkan memang berada di sana, except the food of course. Seminggu memang terasa kurang untuk melihat lebih banyak, tapi apa dikata, no money gan, dan semua itu hak prerogatif orang tua saya. The problem is, I was addicted... Dan salah satu tulisan teman saya yang baru saja saya baca pagi ini benar-benar menampar saya.

Let's say she's a girl, and she travel to other country alone! God damn it! Harga diri saya sebagai lelaki mau ditaruh dimana gan kalo kayak gitu?! Haha, kidding guys... Yang saya mau utarakan adalah, saya memang merasa senang sewaktu ke Korea Selatan, tetapi saya merasa ada yang kurang. Ya, selain waktu yang kurang lama, perjalanan saya dengan orang tua saya membuat (menantang) saya berpikir untuk dapat berjalan-jalan ke luar negeri sendiri. It will be so much fun, isn't it? Anyway, memang dasarnya manusia, saya banyak memikirkan konsekuensi, teoritis memang. Bagaimana saya bisa mendapatkan uang untuk pergi, karena simply saya tidak mau meminta uang kepada orang tua saya, dan mau kemana? MAU KEMANA?

Mau kemana menjadi pertanyaan yang benar-benar membebani saya sekarang ini. Let's say, saya sekarang sudah semester 3, akhir semester 4 saya akan magang, dan tentu uang tersebut bisa saya gunakan. Tapi mau kemana? Ke luar negeri tentu menjadi pilihan favorit bagi para travelers, kapan lagi sih bisa ke luar negeri? Tapi ada sesuatu yang menahan saya disini. Saya merasa terbebani oleh tanggung jawab moral dengan negara saya. How could you go to other country when you belum keliling2 negara sendiri? (maklum bahasa inggris pas-pasan)

Hoah, dasar manusia, gak tentu mau kemana, ngeluh terus, dan rasa iri menyelimuti. Kadang terlintas di benak saya untuk pergi ke negara-negara macam Turki, Uzbekistan, dan lain-lain. Tapi pulau Karimun Jawa dan pulau Tidung juga gak bisa keluar dari pikiran! -_-'

Yang jelas, keinginan saya untuk pergi itu simply pingin nambah pengalaman. Mengutip dari tulisan temen saya itu: "Maybe life is a journey without destination. The only certainty about life’s destination is death. So why hurry? Why go so fast? Why not go through the road of life ambling, enjoy the sceneries, behold the flowers, befriend the fellow travelers, joke with them, have fun and give a hand to those who are tired and limping and make their journey pleasant too?"

Damn, she's good... Have a good day! :D

20/10/11

Lelaki Berbaju Merah Muda

Setelah memarkir motorku, aku masuk ke dalam rumah makan itu, kecil memang. Di dalam penuh, tapi masih tersisa satu tempat untukku di sebelah lelaki berbaju merah muda. Dia sedang menunggu pesanannya ku kira.

"Pesan nasi telur ya," ucapku kepada pelayan yang ada.

Kulirik, lelaki berbaju merah muda itu mengambil gorengan di tangan kanannya dan memegang cabai hijau kecil di tangan kirinya yang berhiaskan jam tangan. Dia memakannya dengan sangat lahap. Satu, dua, tiga kukira, gorengan demi gorengan dan cabai telah habis dimakannya. Kulihat matanya berair, haha, pasti dia sangat kepedasan.

"Kepedasan ya, mas?" tanyaku.
"Ah, enggak," jawab lelaki berbaju merah muda itu.

Benar saja, daritadi dia tidak minum. Padahal air jeruk dingin berada di depannya. Suara lelaki itu terdengar sangat parau, aku rasa dia sedang sedih, sedih sekali. Aku bisa melihat matanya yang terus berair. Tetapi dia terus memakan gorengan dan cabai.

Beberapa saat kemudian, mie rebus pun disajikan di depan lelaki itu. Dia mengusap matanya. Tak lama, pesananku pun datang. Kami berdua makan bersamaan dalam keheningan. Usai makan, dia memandangku dengan matanya yang lebam, tentu, tadi dia pasti sedang menangis.

"Maaf ya," ucapnya sambil tersenyum kecil dan mengangkat gelasnya untuk minum.
"Ah, gak apa-apa," jawabku sambil membalas senyum,
"Lagi ada masalah ya, mas?" tanyaku memberanikan diri.
"Em," DAR! Dia menghentakkan air minumnya ke meja terlalu keras dan membuat air jeruknya tumpah kemana-mana.

Sesaat aku lihat dia dan berpikir betapa awkward moment-nya dirinya sekarang. Aku bantu dia membersihkan tumpahan air tadi.

"Duh, maaf ya, terima kasih banget nih," jawabnya sambil masih membersihkan tumpahan air yang tersisa.
"Gak apa-apa kok," balasku.
"Iya nih, lagi ada masalah sama pacar,"

Sesaat aku berpikir, oke, jadi lelaki ini menangis hanya karena wanita? Come on dude, seriously?

"Kenapa mas sama pacarnya?" tanyaku kepo.
"Yah, biasalah. Namanya pasangan, kadang rukun, kadang enggak," jawabnya dengan nada parau.
"Berantem ya mas?"
"Putus," jawabnya sambil tersenyum kecil dan menunduk ke bawah.
"Lho, kok bisa?"
"Dia kecewa sama saya mas,"
"Waduh, tapi mas ngerasa ngecewain dia gak?" tanyaku sambil menjaga jarak agar tak terlalu dalam bertanya.
"Ya egak lah mas, wong saya sudah kangen berat sama dia, Ini ketemu juga maksudnya pingin ngelepas kangen mas,"
"Lah, terus mas udah ngejelasin ke dia belum?"
"Sudah, tapi yang perlu saja mas,"
"Kok gitu?"
"Cape juga mas kalo harus terus ngejelasin panjang lebar. Kita kan sama-sama sudah dewasa, saling mengertilah. Biar kebenaran muncul dengan sendirinya,"
"Lho kok gitu? Mba-nya jadi kelepas kan sekarang mas?"
"Haha, ya gak apa-apa. Biar dia mengerti juga,"

Aku rasa tidak ada lagi yang perlu aku tanya, karena aku tak terlalu ingin peduli dengan apa yang dihadapinya. Aku pun diam sejenak untuk memberinya tanda bahwa aku ingin menyudahi pembicaraan ini.

"Semangat ya mas, masih banyak cewe di luar sana," kataku memberinya semangat.

Lelaki itu hanya tersenyum kecil melihatku. Lalu aku berdiri untuk membayar pesananku dan pergi.

Di luar sangat dingin, jaket kulitku sepertinya tak cukup kuat menahan angin dari laju motorku. Sesaat badanku terasa hangat dan aku teringat kekasihku, sedang apa dia, apa dia merindukanku? Tiba-tiba pertanyaan-pertanyaan itu muncul di pikiranku. Dan entah kenapa hatiku sedih sekali rasanya mengingat perbincangan dengan lelaki berbaju merah muda tdi. Ah, sudahlah.

Sesampainya di kamar, kubuka jaket kulitku, dan kulihat cermin kamarku, FUCK! Ternyata aku mengenakan baju merah muda. Tak terasa air mataku menetes deras sekali, perasaanku benar-benar sedih. Aku lelah, aku rindu kekasihku, dan aku tak tahu harus berbuat apa.

14/10/11

The Devil Wears Prada - Reptar, King of The Ozone

Saya baru saja membaca lirik lagu ini, dan saya terkejut sekali dari makna sebenarnya yang ingin disampaikan oleh band The Devil Wears Prada (TDWP). Kalian mungkin ingin menelaahnya sendiri.

"Bring it to your lips and experience the sulfur infect everything that we've created.
Don't twist this around.
Don't attempt to justify what we know is wrong.
Tendons are torn and screams are released into a poisoned, mathematic atmosphere.
We're composing our funeral songs, note by note.
With this I declare that tomorrow is an allusion.
What if the clouds are fragments of mistakes, fabricated by the factories of our foolishness?
We're composing our funeral songs, note by note.
Prove me wrong."

Oke, jadi sudahkah kalian memaknainya? Yap, ini adalah lagu tentang global warming. Sangat unik memang bagaimana TDWP mengemas lirik ini dalam lagu metal. Jadi, sekali lagi saya ingatkan, band metal itu tidak selamanya lagu setan atau apalah seperti yang selama ini menjadi stereotype semua orang. Please, listen to them and hear the message.

The Devil Wears Prada - Reptar, King of The Ozone

02/10/11

Saya Hidup di Zaman yang Pas!

Sesuai dengan judul, saya mau sharing (sekaligus mengingatkan) sedikit dengan kalian. Pernahkah kita berpikir bahwa kita hidup di zaman yang benar-benar pas?

Saya terinspirasi untuk menulis ini seusai menonton film Harry Potter yang terakhir, dan setelah itu saya baru menyadari bahwa saya hidup di waktu yang benar-benar pas! Maksud saya, dengan umur sekarang ini (19 tahun), saya sudah merasakan banyak hal yang sangat istimewa. Hal-hal ini tentu saja sesuai dengan takaran umur saya, kurang cocok untuk yang lebih tua, dan mungkin terlalu dini untuk yang lebih muda. Mungkin agak rancu kata-kata saya, oke, jadi saya akan langsung memberikan alasan kenapa saya mengatakan bahwa saya hidup di zaman yang pas!

  • Buku dan film. Yeah right! Pernah berpikir bahwa usia kita (19 tahun) itu sama dengan Harry Potter? Atau setidaknya tidak berbeda jauh. Masih bisa kita ingat film pertama Harry Potter yang kita tonton di usia sekitar 10-15 tahun? Mungkin saat itu kita duduk di bangku SMP, betul? Lalu ada pula film Toy Story, yang memang dirancang untuk usia kita. Benar-benar mengena kan ketika menontonnya? Pernah gak sih ngerasa, "Ow, man! That's so me!" ketika nonton? Right, gotcha! Keajaiban bioskop juga jangan kita lupakan! Kita lahir paada saat film-film hebat Hollywood lainnya beredar. Dan rata-rata semuanya memiliki sekuel yang masih mampu diikuti oleh kita, Transformer, Twilight, Harry Potter, Pirates of Carribbean, Fast and Furious, Lord of The Ring. Coba kita pikir jika kita lahir sekarang, atau kita bisa menonton ketika usia kita sudah cukup untuk menonton Harry Potter yang ketiga, kita mana tahu jalan ceritanya jika tidak menonton yang pertama? Dan ketika mau menonton yang pertama, it's so last year dammit! Haha, you got that? 
  • Ponsel! Kalian sadar gak kita ini adalah manusia yang telah mencicipi keajaiban teknologi komunikasi dari semenjak masih pager, hingga smart phone? Masih ingat bagaimana kita dulu bermain game Snake di ponsel Nokia monophonic dengan layar hitam putih? Kemudian beranjak ke polyphonic, berwarna, infra merah, bluetooth, dan sekarang wi-fii.
  • Game console. Kita adalah saksi hidup kelahiran dan perkembangan PlayStation! Kita telah mencicipi keajaiban ciptaan manusia lainnya! Sega, Nintendo, semua kita telah rasakan, dan sekarang kita telah mengenal yang namanya XBox 360 dan PS3! PSP dan NintendoDS juga tidak lupa telah kita cicipi. Masih ingat dulu waktu SD kita bermain Gameboy hitam putih di depan sekolah? Ow yeah, that's me, bermodalkan sebuah accu sebagai baterai, seorang pedagang menancapkan sekitar 5-6 gameboy, lalu kita asyik bermain setelah membayar sejumlah uang ke pedagang tersebut. 
  • Komputer. Right, computer! Masih ingat MS-DOS? Floppy Disk? Kita benar-benar beruntung! Kita lahir di saat yang sangat pas! Kita belajar dengan fasilitas yang agak jadul dan berkembang beradaptasi dengan fasilitas yang ada. Tentu kita tidak menemui kesulitan yang berarti ketika kita menemui Windows Vista atau Windows 7, karena kita sudah belajar dasarnya! Coba bayangkan sebagian orang tua kita yang sampai sekarang masih tidak bisa mengoperasikannya karena tidak tahu dasarnya dan sekarang sudah terlalu kompleks untuk dipelajari. Lihat perkembangan gamenya juga! Doom, Counter Strike, Medal of Honor, dan sekarang Call of Duty! Benar-benar, miraculous. 
  • TV! Hitam putih, berwarna, High Definition, hingga 3D! Jangan lupa TV kabel. 
  • Dan terakhir yang paling harus kita syukuri adalah I-N-T-E-R-N-E-T!

Oke, sekian yang saya bisa share. Saya tahu, pasti kalian punya pemikiran lain yang bisa kalian syukuri. Selain hal-hal yang saya sebutkan, banyak juga hal-hal lain seperti perang, nuklir, dan musibah-musibah lainnya yang datang pas di waktu kita. Tulisan ini tak lain adalah untuk mengingatkan kita semua akan kalimat syukur. Usai kata, wassalam! (Back sound: ON)

01/09/11

Marriage Is A Serious Problem For Me, Seriously!

Oke, mungkin tulisan ini akan sangat nyeleneh, tapi ini yang ada di pikiran saya. Anda boleh bilang bahwa saya mungkin terlalu muda untuk membicarakan ini atau masih berpikiran pendek, tapi tak masalah kan bila saya angkat bicara?

Hal ini bermula ketika saya melihat kakak (laki-laki) tertua saya datang ke rumah di Jakarta bersama istrinya, he looks awful, trust me. Apa yang membuat saya berkata demikian? Entah ini terjadi dengan semua pengantin baru/pasangan suami istri lama ataupun baru, atau hanya terjadi kepada kakak saya. Tetapi tentu ini bias dijadikan contoh untuk saya kedepan. Segala kebutuhannya disiapkan oleh istrinya! Pasti Anda akan langsung berpikir, lho? Apa yang salah dengan itu? "Kebebasan". Ya, saya mempertanyakan tentang kebebasan. Apakah kakak saya turut mengambil peran dalam keputusan penyediaan kebutuhannya tersebut?

Mari kita ambil beberapa contoh, seperti pakaian. Karena ketika saya tanya tentang pakaiannya, yang waktu itu saya kurang cocok melihat dipakainya, dia hanya menjawab bahwa itu adalah pilihan istrinya. Lalu ketika ia ingin membeli pakaian, uangnya ternyata dipegang oleh istrinya. Dan yang terakhir, ketika dia bermain dengan saya di kamar bersama kakak-kakak saya yang lain, kamar tempat ia tidur dengan istrinya telah dikunci dengan alasan terlalu lama bermain. Get it, guys? Isn't it suck? Gak peduli seberapa cantiknya istri kita, tapi kalo sudah seperti itu, bagaimana?

Oke, mungkin contohnya terlalu ekstrim. Saya akan mencoba menjabarkan beberapa benefit and cost yang terlintas di pikiran saya mengenai pernikahan.
  • Pernahkah kalian membayangkan akan bertemu orang yang sama selama sisa hidup kalian? Seorang wanita yang sama, di tempat yang sama, selama lamanya?! Oke, mungkin ini bukan horor jika kalian mendapatkan pasangan hidup seorang miss universe. But seriously, siapkah? Oke saja jika kita selalu bertemu dengan kondisi yang baik, bahagia, senang. Tapi jika sedang marah, bagaimana? Ambil contoh ketika kita sedang pacaran, kita saling marah, kita masih bisa tidak bertemu, menghilangkan penat bersama teman-teman, atau sekedar melupakan wajah pasangan kita karena kesal, tapi jika sudah menikah bagaimana? Akankah kita menghindari masalah seperti itu? 
  • Saya tidak tahu apakah ini budaya, kebiasaan atau sifat. Tapi setiap kali saya melihat pasangan suami istri, kemana-mana selalu bersama. Oke saja jika ke tempat yang memang diperuntukkan pasangan. Tapi jika kita pergi ke club, dan semacamnya yang merupakan tempat dimana kita bisa "sendiri", bagaimana? Tak ada lagi kata-kata seducing, flirting, kecuali ke istri kita! OMG! I can't imagine it! Dan saya rasa jarang sekali atau bahkan tidak ada pasangan suami istri yang salah satunya menikmati waktunya sendiri, ambil contoh ke luar negeri atau bermalam di hotel di suatu tempat wisata, seperti itu. Masih bisakah kita melakukan hal-hal yang harusnya kita dapat nikmati sendiri? 
  • Menikah bukanlah hal sulit, yang sulit adalah menjalankan dan melanjutkannya. Oke, ada beberapa dari kita yang mampu dan tidak mampu, tapi pasti semua orang menginginkan pernikahan yang mewah karena itu merupakan kejadian satu kali seumur hidup. Berapa biaya yang dibutuhkan? It's not cheap, exactly. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memulainya saja sudah bisa sangat besar, apalagi melanjutkannya? Harga menyewa tempat pernikahan, catering untuk para undangan, hiburan, lalu jika sudah menikah membeli rumah/tempat tinggal, perabotan, banyak sekali kebutuhan! Nanti jika sudah memiliki anak harus memikirkan biaya pendidikan, asuransi kesehatan, dan lain-lain! Waaa, my head gonna explode! 
Mungkin masih banyak yang terlintas di pikiran kita, dan mungkin bisa kalian pikirkan sendiri. I mean, sudah jelaskan kenapa saya berpikiran bahwa pernikahan itu suatu masalah yang serius bagi saya? Mungkin saya terlalu melihat sisi negatif dari sebuah pernikahan, karena banyak sekali sisi positif yang bisa kita lihat. Menghabiskan waktu dengan orang yang kita cintai bukankah itu hal yang kita idam-idamkan? Memiliki keturunan, dan menjadi sebuah keluarga yang sempurna, bukankah itu impian?

Tapi namanya juga manusia, itulah yang terbersit di pikiran saya. Saya rasa saya tidak akan menikah di umur muda, banyak yang masih mau saya lakukan, keliling dunia, menjadi kaya raya, dan menjamin kehidupan saya terlebih dahulu. Haha, sounds very selfish right? But that's me. Banyak yang berkata, menikahlah di waktu sulit, jadi ketika kalian sudah mapan keluarga kalian akan kuat. But I think it's not right. Menikahlah ketika kalian sudah siap dan mampu menjamin keluarga kalian. Apa gunanya menikah ketika membeli rumah saja belum bisa, untuk makan berdua saja susah? Jika sudah punya anak, apakah tidak bertambah sulit? Bagaimana dengan kalian? :)

11/08/11

Katakan

Seniorku berkata agar aku belajar lebih banyak di luar negeri.
Ibu mendukungku untuk merantau asalkan tetap mengingat, "Kau adalah putra kebanggaan Indonesia".
Kelak akau akan pergi, jauh dari ibu pertiwi.
Untuk belajar dan hidup mandiri.
Jika sudah tiba waktunya, aku akan pulang.
Jangan tanya, apakah aku siap untuk mengurus negara.
Karena aku akan berkata, siapkah Indonesia menyambutku?

25/07/11

Paris

Matamu memandang kemana?
Langit itu tak cukup biru untuk kau maknai.
Paris tak akan jauh, percayalah.

29/06/11

The All Men's King

To my lady,

You're the dream of all men my lady. Your beauty has reach the star in the sky. When you walk, the roses are blossoming. And when you talk, even the wind will listening. Such a goddess you are.

Do you realize your magnificent power of beauty, my lady? Tell me, what kind of men would be lucky enough to be your husband, your lovely one? Is it the strong one? The clever one? Or the rich one?

My lady, maybe you've heard this men before. He has almost everything. Gold, land, mighty armies under his feet, and yet he's handsome and charismatic. Everyone would smile when he smiles, no army could stand against him, and he born from a village just like me, not a noble men. But fate has it's own way, that one day, he will be a noble king, my king. Every man born in this land would be dreaming become like him.

With this, would you like to meet him my lady? My lord is waiting for such a long time. Even the all men's king could have a problem. He just cannot found the perfect girl to sit beside his throne. Would you be the one? Or would you be the 99th girl that could not stand at the same high and sit at the same low as my lord?

Your humble servant, Joker.

28/06/11

Istanbul

Honey, will you promise me that you would love me until the end of time? Honey, would you marry me despite your family hatred against me? If you do so, please prepare your passport.

What do you have in mind if I say, "Istanbul"? Yes, Turkey. I want to go there with you. It's bright there, and yes, it's cold in the night. You could hug me, if you can't stand against the cold. Do you see the lamp there? It's so unique, maybe we could buy some and put it in our new home later.

Come, let's go to that mosque, the biggest one. God is great isn't it? God creates you and me, together. And now God brings us here. Will you marry me?

20/06/11

Berpikir Ulang Tentang Kementerian Luar Negeri

Kementerian Luar Negeri atau yang biasa disingkat Kemenlu adalah sebuah institusi pemerintah yang bergerak dalam urusan luar negeri. Banyak dari kita, termasuk saya, yang bermimpi untuk dapat bekerja dan berkontribusi di sana sebagai bentuk pengabdian kepada negara. Apa sebenarnya yang spesial dari Kemenlu? Apakah pantas kita (mahasiswa) memberikan sedikit kelebihan kita disana? Maaf, bukan bermaksud untuk sombong atau menjatuhkan, tapi saya mencoba mengajak Anda untuk berpikir dua kali tentang itu melalui perspektif saya tentang Kemenlu.

Mewakili negara, bekerja untuk negara, dan sebagai bentuk pengabdian adalah sekian alasan bagi kita untuk dapat bekerja di Kemenlu. Selain pride yang didapatkan karena bekerja dalam institusi pemerintah, fasilitas, kemewahan, dan rasa dihargai/dihormati oleh orang lain dapat membuai kita akan kata "Kemenlu". Memang benar adanya tentang itu semua, tapi sayangnya hanya sedikit dari kita (masyarakat Indonesia) yang mampu menggapai tingkat tersebut dalam Kemenlu, bahkan beberapa orang Kemenlu pun sulit untuk mencapainya.

Apa sebenarnya yang terjadi? Sedikit bercerita, ketika saya mengatakan impian saya untuk menjadi Duta Besar kepada salah seorang senior saya di Hubungan Internasional (HI) UGM, beliau merespon dengan respon yang menurut saya tidak begitu menyenangkan/tidak sesuai harapan ketika itu. Responnya adalah sebuah bentuk tawa. Beliau bahkan berkata bahwa impian saya mungkin akan sirna setelah saya lulus dari jenjang kuliah. Saya sangat terheran-heran, mengapa seorang/banyak mahasiswa HI yang sangat skeptis terhadap Kemenlu, padahal bahasan kuliah mereka tidak jauh dari urusan yang menjadi kesibukan sehari-hari Kemenlu.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa Kemenlu tidaklah seindah yang saya bayangkan. Banyak cerita yang beredar di antara senior-senior saya yang salah satunya ada yang telah magang di Kemenlu. Bahwa di sana (Kemenlu), peserta magang seperti dianggap tidak ada, atau diberikan pekerjaan-pekerjaan yang kerap kali tidak dibutuhkan kemampuan khusus untuk melakukannya. Saya mulai menimbang kembali impian saya ini, meskipun saya belum melihat bukti yang nyata dari Kemenlu seperti yang diceritakan, tapi cerita tersebut seperti mampu memenggal impian mereka yang memiliki impian sama dengan saya, mungkin bedanya mereka sudah pernah merasakan rasanya bekerja disana. Dan cerita lain saya dapatkan dari teman-teman luar jurusan. Ketika mereka mengetahui tentang impian saya ini, mereka memberikan saya informasi yang cukup mengagetkan. Mereka berkata bahwa karir yang hendak saya bangun tidak akan dapat mencapai puncaknya apabila saya merintis dari bawah. Ketika saya memutuskan untuk mengikuti tes CPNS Kemenlu, maka dari sana karir saya langsung dapat dikatakan stuck. Kenapa demikian? Melalui analisa yang telah mereka lakukan, kebanyakan tokoh-tokoh besar Kemenlu bukanlah mereka yang merintis dari bawah, melainkan mereka yang hebat di bidangnya, seperti bidang Hukum, kemudian diambil untuk bekerja di Kemenlu. Lalu dimana posisi mereka yang merintis dari bawah? Apakah akan selalu dibawah? Mari kita pikirkan bersama untuk mendapatkan jawabannya.

Permasalahan dengan negara/kawasan lain juga ikut membentuk sebuah paradigma baru dalam pikiran saya tentang Kemenlu. Permasalahan-permasalahan tersebut seperti tidak terselesaikan sepenuhnya. Memang, kemampuan diplomasi Indonesia sangat dipandang beberapa puluh tahun yang lalu, tapi mari berkaca pada kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini. Isu perbatasan, perlindungan TKI, kerjasama internasional yang merugikan masyarakat kita, sudah berapa sering kita mendengarnya? Dimana bentuk kontribusi nyata dari Kemenlu menghadapi permasalahan tersebut? Apakah sebegitu lemahnya orang-orang kita? Pemerintah kita?

Tidak heran jika banyak dari kita, lulusan HI, yang lebih memutuskan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan asing demi kehidupan yang lebih baik. Melalui perspektif ini, berbagai macam pertanyaan timbul di pikiran saya:

  • Apakah perlu saya magang di Kemenlu hanya untuk membuktikan cerita-cerita tersebut? Jika memang benar adanya, bukankah itu sama saja wasting time ketika saya bisa melakukan hal yang lebih berguna seperti magang di perusahaan asing?
  • Jika memang benar perlakuan Kemenlu terhadap para mahasiswa yang magang disana, saya benar-benar kecewa terhadap institusi pemerintah yang satu ini. Saya merasa seperti ingin memperbaiki bangsa tapi dihalangi oleh generasi-generasi sebelumnya. Bukankah ini terlihat seperti mereka mengukuhkan kedudukannya disana dengan cara menghapus generasi penerus yang jauh lebih baik dari mereka dengan cara halus yaitu membuat kita kecewa dengan Kemenlu?
  • Dan keputusan untuk bekerja di perusahaan asing saya rasakan seperti pengkhianatan terhadap negara, bukan bermaksud berlebihan, tapi sadarkah kita ketika kita lebih memilih ke luar negeri/bekerja untuk asing daripada membangun negara sendiri dengan cara bekerja untuk pemerintah, seperti menyia-nyiakan bakat, kemampuan dan ilmu yang kita miliki yang seharusnya bisa disalurkan untuk memperbaiki negara?

Mari berpikir ulang tentang Kemenlu, mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apa yang harus kita lakukan?

16/05/11

Letter About Hatred

You know what, tonight I really really need you sweetheart. It's not because I'm tired, but it's just because I want to hug you, that's all. Sometimes a hug from a beloved person will cure the most painful feeling.

Sweetheart, sometimes I do regret become a good person and feeling good becoming an evil. People just make my day bad, and more bad every day. They just keep telling lies, hiding their true faces, and hate me while they smile at me. People just don't accept me for what I am, not like you. They hate me when I reveal their true form, their true identity, and they keep saying that I am the one who telling lies. I just tell them what I saw, what I hear, and I always honest about how people behave and thinking. Maybe straight forward meaning an insult for them.

When you (I) care to someone (not as much to you), you (I) can't hoping for the same thing. They (We) aren't the same (.) as us. I learn that with a hard way. But what am I supposed to do then? Being an evil all the time? I guess it's not my role to play. Is learning people differences makes life better? Well, I guess not all the time.

I admire some persons and I obey their commands. I just do all the best thing I can do for them. But they didn't respect me, they whip me with their annoying and dirty words, they keep using me all the time. And when I do something better then them, they envy me. They crush me and seal me, to make sure that I won't do the same thing again.

Could I call this as hatred? If it so, then is there anyone feel the same? Is this why peace never become a reality?

You know what, I have the feeling of love from you sweetheart yet I have the feeling of hatred from them. Is this the prove that I am a human? I have the feeling to kill them, make them suffer. But will it end? And if I didn't do anything, who will change this circumstance?