20/10/11

Lelaki Berbaju Merah Muda

Setelah memarkir motorku, aku masuk ke dalam rumah makan itu, kecil memang. Di dalam penuh, tapi masih tersisa satu tempat untukku di sebelah lelaki berbaju merah muda. Dia sedang menunggu pesanannya ku kira.

"Pesan nasi telur ya," ucapku kepada pelayan yang ada.

Kulirik, lelaki berbaju merah muda itu mengambil gorengan di tangan kanannya dan memegang cabai hijau kecil di tangan kirinya yang berhiaskan jam tangan. Dia memakannya dengan sangat lahap. Satu, dua, tiga kukira, gorengan demi gorengan dan cabai telah habis dimakannya. Kulihat matanya berair, haha, pasti dia sangat kepedasan.

"Kepedasan ya, mas?" tanyaku.
"Ah, enggak," jawab lelaki berbaju merah muda itu.

Benar saja, daritadi dia tidak minum. Padahal air jeruk dingin berada di depannya. Suara lelaki itu terdengar sangat parau, aku rasa dia sedang sedih, sedih sekali. Aku bisa melihat matanya yang terus berair. Tetapi dia terus memakan gorengan dan cabai.

Beberapa saat kemudian, mie rebus pun disajikan di depan lelaki itu. Dia mengusap matanya. Tak lama, pesananku pun datang. Kami berdua makan bersamaan dalam keheningan. Usai makan, dia memandangku dengan matanya yang lebam, tentu, tadi dia pasti sedang menangis.

"Maaf ya," ucapnya sambil tersenyum kecil dan mengangkat gelasnya untuk minum.
"Ah, gak apa-apa," jawabku sambil membalas senyum,
"Lagi ada masalah ya, mas?" tanyaku memberanikan diri.
"Em," DAR! Dia menghentakkan air minumnya ke meja terlalu keras dan membuat air jeruknya tumpah kemana-mana.

Sesaat aku lihat dia dan berpikir betapa awkward moment-nya dirinya sekarang. Aku bantu dia membersihkan tumpahan air tadi.

"Duh, maaf ya, terima kasih banget nih," jawabnya sambil masih membersihkan tumpahan air yang tersisa.
"Gak apa-apa kok," balasku.
"Iya nih, lagi ada masalah sama pacar,"

Sesaat aku berpikir, oke, jadi lelaki ini menangis hanya karena wanita? Come on dude, seriously?

"Kenapa mas sama pacarnya?" tanyaku kepo.
"Yah, biasalah. Namanya pasangan, kadang rukun, kadang enggak," jawabnya dengan nada parau.
"Berantem ya mas?"
"Putus," jawabnya sambil tersenyum kecil dan menunduk ke bawah.
"Lho, kok bisa?"
"Dia kecewa sama saya mas,"
"Waduh, tapi mas ngerasa ngecewain dia gak?" tanyaku sambil menjaga jarak agar tak terlalu dalam bertanya.
"Ya egak lah mas, wong saya sudah kangen berat sama dia, Ini ketemu juga maksudnya pingin ngelepas kangen mas,"
"Lah, terus mas udah ngejelasin ke dia belum?"
"Sudah, tapi yang perlu saja mas,"
"Kok gitu?"
"Cape juga mas kalo harus terus ngejelasin panjang lebar. Kita kan sama-sama sudah dewasa, saling mengertilah. Biar kebenaran muncul dengan sendirinya,"
"Lho kok gitu? Mba-nya jadi kelepas kan sekarang mas?"
"Haha, ya gak apa-apa. Biar dia mengerti juga,"

Aku rasa tidak ada lagi yang perlu aku tanya, karena aku tak terlalu ingin peduli dengan apa yang dihadapinya. Aku pun diam sejenak untuk memberinya tanda bahwa aku ingin menyudahi pembicaraan ini.

"Semangat ya mas, masih banyak cewe di luar sana," kataku memberinya semangat.

Lelaki itu hanya tersenyum kecil melihatku. Lalu aku berdiri untuk membayar pesananku dan pergi.

Di luar sangat dingin, jaket kulitku sepertinya tak cukup kuat menahan angin dari laju motorku. Sesaat badanku terasa hangat dan aku teringat kekasihku, sedang apa dia, apa dia merindukanku? Tiba-tiba pertanyaan-pertanyaan itu muncul di pikiranku. Dan entah kenapa hatiku sedih sekali rasanya mengingat perbincangan dengan lelaki berbaju merah muda tdi. Ah, sudahlah.

Sesampainya di kamar, kubuka jaket kulitku, dan kulihat cermin kamarku, FUCK! Ternyata aku mengenakan baju merah muda. Tak terasa air mataku menetes deras sekali, perasaanku benar-benar sedih. Aku lelah, aku rindu kekasihku, dan aku tak tahu harus berbuat apa.

14/10/11

The Devil Wears Prada - Reptar, King of The Ozone

Saya baru saja membaca lirik lagu ini, dan saya terkejut sekali dari makna sebenarnya yang ingin disampaikan oleh band The Devil Wears Prada (TDWP). Kalian mungkin ingin menelaahnya sendiri.

"Bring it to your lips and experience the sulfur infect everything that we've created.
Don't twist this around.
Don't attempt to justify what we know is wrong.
Tendons are torn and screams are released into a poisoned, mathematic atmosphere.
We're composing our funeral songs, note by note.
With this I declare that tomorrow is an allusion.
What if the clouds are fragments of mistakes, fabricated by the factories of our foolishness?
We're composing our funeral songs, note by note.
Prove me wrong."

Oke, jadi sudahkah kalian memaknainya? Yap, ini adalah lagu tentang global warming. Sangat unik memang bagaimana TDWP mengemas lirik ini dalam lagu metal. Jadi, sekali lagi saya ingatkan, band metal itu tidak selamanya lagu setan atau apalah seperti yang selama ini menjadi stereotype semua orang. Please, listen to them and hear the message.

The Devil Wears Prada - Reptar, King of The Ozone

02/10/11

Saya Hidup di Zaman yang Pas!

Sesuai dengan judul, saya mau sharing (sekaligus mengingatkan) sedikit dengan kalian. Pernahkah kita berpikir bahwa kita hidup di zaman yang benar-benar pas?

Saya terinspirasi untuk menulis ini seusai menonton film Harry Potter yang terakhir, dan setelah itu saya baru menyadari bahwa saya hidup di waktu yang benar-benar pas! Maksud saya, dengan umur sekarang ini (19 tahun), saya sudah merasakan banyak hal yang sangat istimewa. Hal-hal ini tentu saja sesuai dengan takaran umur saya, kurang cocok untuk yang lebih tua, dan mungkin terlalu dini untuk yang lebih muda. Mungkin agak rancu kata-kata saya, oke, jadi saya akan langsung memberikan alasan kenapa saya mengatakan bahwa saya hidup di zaman yang pas!

  • Buku dan film. Yeah right! Pernah berpikir bahwa usia kita (19 tahun) itu sama dengan Harry Potter? Atau setidaknya tidak berbeda jauh. Masih bisa kita ingat film pertama Harry Potter yang kita tonton di usia sekitar 10-15 tahun? Mungkin saat itu kita duduk di bangku SMP, betul? Lalu ada pula film Toy Story, yang memang dirancang untuk usia kita. Benar-benar mengena kan ketika menontonnya? Pernah gak sih ngerasa, "Ow, man! That's so me!" ketika nonton? Right, gotcha! Keajaiban bioskop juga jangan kita lupakan! Kita lahir paada saat film-film hebat Hollywood lainnya beredar. Dan rata-rata semuanya memiliki sekuel yang masih mampu diikuti oleh kita, Transformer, Twilight, Harry Potter, Pirates of Carribbean, Fast and Furious, Lord of The Ring. Coba kita pikir jika kita lahir sekarang, atau kita bisa menonton ketika usia kita sudah cukup untuk menonton Harry Potter yang ketiga, kita mana tahu jalan ceritanya jika tidak menonton yang pertama? Dan ketika mau menonton yang pertama, it's so last year dammit! Haha, you got that? 
  • Ponsel! Kalian sadar gak kita ini adalah manusia yang telah mencicipi keajaiban teknologi komunikasi dari semenjak masih pager, hingga smart phone? Masih ingat bagaimana kita dulu bermain game Snake di ponsel Nokia monophonic dengan layar hitam putih? Kemudian beranjak ke polyphonic, berwarna, infra merah, bluetooth, dan sekarang wi-fii.
  • Game console. Kita adalah saksi hidup kelahiran dan perkembangan PlayStation! Kita telah mencicipi keajaiban ciptaan manusia lainnya! Sega, Nintendo, semua kita telah rasakan, dan sekarang kita telah mengenal yang namanya XBox 360 dan PS3! PSP dan NintendoDS juga tidak lupa telah kita cicipi. Masih ingat dulu waktu SD kita bermain Gameboy hitam putih di depan sekolah? Ow yeah, that's me, bermodalkan sebuah accu sebagai baterai, seorang pedagang menancapkan sekitar 5-6 gameboy, lalu kita asyik bermain setelah membayar sejumlah uang ke pedagang tersebut. 
  • Komputer. Right, computer! Masih ingat MS-DOS? Floppy Disk? Kita benar-benar beruntung! Kita lahir di saat yang sangat pas! Kita belajar dengan fasilitas yang agak jadul dan berkembang beradaptasi dengan fasilitas yang ada. Tentu kita tidak menemui kesulitan yang berarti ketika kita menemui Windows Vista atau Windows 7, karena kita sudah belajar dasarnya! Coba bayangkan sebagian orang tua kita yang sampai sekarang masih tidak bisa mengoperasikannya karena tidak tahu dasarnya dan sekarang sudah terlalu kompleks untuk dipelajari. Lihat perkembangan gamenya juga! Doom, Counter Strike, Medal of Honor, dan sekarang Call of Duty! Benar-benar, miraculous. 
  • TV! Hitam putih, berwarna, High Definition, hingga 3D! Jangan lupa TV kabel. 
  • Dan terakhir yang paling harus kita syukuri adalah I-N-T-E-R-N-E-T!

Oke, sekian yang saya bisa share. Saya tahu, pasti kalian punya pemikiran lain yang bisa kalian syukuri. Selain hal-hal yang saya sebutkan, banyak juga hal-hal lain seperti perang, nuklir, dan musibah-musibah lainnya yang datang pas di waktu kita. Tulisan ini tak lain adalah untuk mengingatkan kita semua akan kalimat syukur. Usai kata, wassalam! (Back sound: ON)