09/11/15

The Idiot: Si Bodoh yang Suci

Sudah sangat lama saya tidak menulis review tentang buku yang saya baca. Bukan hanya karena kesibukan saya sehari-hari yang menghambatnya, namun bacaan saya kali ini juga menjadi salah satu faktor yang memperlambat kecepatan membaca saya. Tercatat di akun Goodreads saya bahwa saya telah menghabiskan waktu kurang lebih 16 bulan untuk membaca buku setebal 643 halaman ini.

Novel The Idiot karya Fyodor Dostoyevsky merupakan salah satu literatur sastra yang sangat sulit untuk saya mengerti sejauh saya membaca berbagai macam literatur. Ya, ini adalah kali pertamanya saya membaca literatur sastra Rusia. Saya tertarik membaca literatur sastra Rusia setelah mendengar beberapa teman saya yang telah membacanya, dan memang, saya sudah diperingatkan tentang tingkat kompleksitasnya.

Dari sekian banyak versi terjemahan Bahasa Inggris dari The Idiot, saya membaca versi terjemahan Henry dan Olga Carlisle yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1969. Sebelum saya menulis tentang review ini, saya mencari banyak sekali contoh cara me-review literatur Rusia, dan ternyata kebanyakan orang memang mengalami kesulitan dalam menulis review tentang literatur Rusia tanpa harus membahas keseluruhan kisahnya.

Tentang Fyodor Dostoyevsky
Saya ingin sedikit berbagi informasi mengenai sang penulis novel, yakni Fyodor Dostoyevsky (1821-81). Beliau telah menuliskan banyak karya-karya hebat yang masuk ke dalam zaman keemasan literatur Rusia, diantaranya ada: Crime and Punishment, The Idiot, The Possessed, dan The Brothers Karamazov. Melalui karya-karyanya, kita dapat melihat dunia melalui kacamata filosofis tentang harapan dan pengampunan melalui penderitaan.

The Idiot merupakan karya favorit Dostoyevsky sendiri. The Idiot merupakan kanvas hidup Dostoyevsky yang kala itu saat proses penulisan berada di tahap kehidupan yang benar-benar berat. Sebelum ia mulai menuliskan naskah The Idiot, Dostoyevsky sedang dalam tahap menuju pernikahan dengan istri keduanya Anna Grigoryevna. Anna yang merasa tidak disukai oleh mertuanya serta kondisi ekonomi Dostoyevsky yang dikejar-kejar oleh penagih hutang, akhirnya mengajak Dostoyevsky untuk pergi dari Rusia pada tahun 1867.

Kebiasaan buruk Dostoyevsky dalam berjudi semakin mempersulit keadaan ekonomi keluarga kecilnya. Dostoyevsky dan Anna harus menggadaikan hampir semua barang-barang yang mereka miliki untuk tetap bisa makan. Keadaan diperparah oleh kondisi kesehatan Dostoyevsky yang memburuk akibat epilepsi saat ia tengah menulis naskah The idiot. Puncaknya adalah ketika Sonya, putri Dostoyevsky, meninggal di umur dua-setengah tahun. Kita bisa melihat bagaimana hal-hal pribadi Dostoyevsky sangat mempengaruhi alur cerita serta gaya penulisannya yang menurut saya semakin gelap dan tragis di pertengahan hingga akhir kisah The Idiot.

The Idiot: Si Bodoh yang Suci
Novel ini mengisahkan perjalanan Pangeran Lev Nikolayevich Myshkin, seorang lelaki keturunan keluarga bangsawan tertua di Rusia, yang kembali ke Rusia setelah menghabiskan beberapa tahun hidupnya di Swiss untuk mengobati penyakit epilepsi yang dideritanya walau tidak bisa sembuh total. Myshkin kemudian datang ke St. Petersburg dengan harapan dapat menemui satu-satunya kerabat keluarganya yang tersisa.

Setelah Myshkin bertemu dengan kerabatnya, Myshkin mulai diperkenalkan dengan karakter-karakter lainnya yang turut membangun dinamika kisah The Idiot. Kejujuran dan sifat pemaaf Myshkin dianggap sebagai kenaifan dan kemunafikan oleh para bangsawan Rusia dan dia dikenal sebagai si bodoh yang suci. Hal ini akhirnya membawa Myshkin pada tragedi cinta di antara dua wanita: Nastassya Filippovna, disebut sebagai wanita paling cantik se-Rusia, dan Aglaya Yepanchin, putri terakhir dari keluarga bangsawan terhormat, Yepanchin.

Kecantikan Nastassya menarik hati semua pria yang pernah ia temui, tak terkecuali Myshkin. Namun, sayangnya, ketika Myshkin melamar Nastassya, ia menolaknya meskipun sejujurnya ia mencintai ketulusan serta kejujuran Myshkin yang tidak pernah ia temukan di dalam diri pria lain. Nastassya merasa tidak pantas untuk Myshkin karena selama ini ia telah banyak berbuat dosa, tidak cocok dengan Myshkin yang suci. Setelah hilangnya Nastassya, Myshkin menjadi dekat dengan Aglaya yang pintar. Kepintarannya mengintimidasi pria lain, namun tidak dengan Myshkin. Bagaikan cawan yang kosong, Myshkin selalu menerima perkataan dan perbuatan Aglaya terhadap dirinya yang terkadang terkesan merendahkan dirinya.

Keadaan menjadi rumit setelah Nastassya mengetahui kedekatan Myshkin dengan Aglaya dan bermaksud kembali untuk merebut Myshkin. Myshkin harus memilih, dan menurut saya, pilihannya untuk menerima Nastassya kembali dan membuang Aglaya merupakan esensi dari kisah The Idiot.

Myshkin merupakan seseorang yang digambarkan sangat suci oleh Dostoyevsky. Dalam perbincangannya dengan editor dari perusahaan penerbitnya, ia menjelaskan bahwa:

"The idea of Prince Myshkin is as a perfectly, wholly beautiful man,"

Ide awal The Idiot adalah untuk memberikan perspektif yang tidak terkekang oleh unsur moral kepada para pembacanya. Dostoyevsky menempatkan karakter Myshkin di tengah peradaban Rusia yang penuh dengan perlombaan kekuasaan, materialisme, dan budaya para bangsawan yang saling menggunjing satu sama lain. Dostoyevsky memberikan kebebasan kepada pembaca untuk berpihak tanpa menyatakan ada yang benar atau salah, terutama pada sang karakter utama, Myshkin.

Tentang Cinta, Kasih Sayang, dan Penyesalan
Seiring perkembangan cerita, novel ini berubah menjadi kisah tragis yang dipenuhi oleh kekacauan dan fatalisme. Chapter Eleven dan Chapter Twelve merupakan chapter penutup yang juga menjadi bagian favorit saya. Pada bab terakhir diungkapkan bahwa Rogozhin, karakter pertama yang dipertemukan dengan Myshkin dan menjadi sahabatnya, yang juga mencintai Nastassya, akhirnya menikahi Nastassya dan membunuhnya.

Kebimbangan Nastassya menjadi titik klimaks dan kehancuran hampir seluruh karakter di novel ini. Setelah kembali  dan berhasil menarik hati Myshkin, ia membatalkan pernikahannya dengan Myshkin dan kabur berasma Rogozhin. Nastassya memahami bahwa semakin dirinya mengejar Myshkin, semakin yakin bahwa dirinya tidak pantas menerima kasih sayang Myshkin. Nastassya mengerti dan sudah tahu bahwa pada akhirnya dia akan mati di belati Rogozhin. Sebuah akhir yang luar biasa!

Kisah ini merangkum tiga hal di sub-judul dengan cara yang menakjubkan. Dostoyevsky menjelaskan kasih sayang (compassion) yang menjadi bentuk tertinggi dan paling mulia dari cinta harus berasal dari semua orang, dan dalam kisah ini, kasih sayang harus ada di diri Rogozhin. Sayangnya, Rogozhin tidak memiliki kasih sayang tersebut dan Myshkin tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagaimana dijelaskan oleh Gary Rosenshield, Professor of Slavic Language and Literature di University of Wisconsin, Madison:

"Myshkin's despair comes not from his inability to feel compassion, he feels compassion for everyone, but his realization that his compassion alone cannot save Nastassya Fillipovna. For Nastassya to be saved, the compassion must come from Rogozhin, who hate her as intensely as he loves her. But his love for her, unlike Myshkin's, is born not out of compassion, but passion for complete possession."


This is a very wonderful, yet complicated story.

03/11/15

A Day as A French

Bonjour! Good afternoon monsieur and madmoiselle. It's been awhile since my last review about the best hangout spot(s) in town. Well, actually I already have visited one place that blown my mind since the first time I saw that place. In this occasion, I will tell you how it is like to be a French for a day, haha.

I have made a very big decision last month, approximately in the early October. I am resigning from my previous office which is the most creative agency in the world. Many people trying to get there (seriously, the test is also quite hard for me tho to be hired there) but in the other hand I decide to quit. Well, the reason of it is very personal, in short, I was planning to move to another city so I can be closer to my girlfriend. But shit happen, and I was dumped by her few days after my resignation. Anyway, enough with the sad story, I want to introduce you to Sophie Authentique!


The front side of Sophie Authentique


I invited my colleagues for a farewell there. I have been visiting Sophie Authentique for quite some time before and it has a special place in my heart. Yup, it looks small right? But don't get it wrong! The interior is the best part of it!


The interior of Sophie Authentique


How is it? It looks comfortable right? Hehe. When I went there with my colleagues, we were greeted by the manager itself, Mr. Alexis Malaise. If I was not mistaken, he is the son of Sophie, the founder, and yes, that day is the day of my luck, I also met her. So I decide to have a conversation with both of them.

Sophie didn't want me to take a picture of her, so instead I take a picture with Alexis!

Sophie Authentique was originally established to sell many kinds of pastries and breads (of course they are French pastries and breads). Sophie, the founder, is really love to cook French home food and when she found out that there is no good bakeries nearby, she had this idea to create a good one. Since then, Sophie Authentique grew very fast. Now, they have three places across Jakarta.

When I ask Sophie about the food, she said that basically the food in Sophie Authentique are simple. They are home food, foods that served by the moms to their child in French, just like Indonesian home food. The most interesting point of Sophie Authentique for me is how they sell simple food and introduce their (French) daily meals to us. They didn't sell you something extraordinary, they just want you to try a French mom's cook.

Wanna see their menu? Let me share you mine at that afternoon:

Yes! This is my favourite! Baguette smoked ham! I order it along with fresh milk. What a day!

With its cool interior, fast internet speed, lots of foreigner drop by, and good friends, yes, this is the best hangout spot in town! 

For more details, please visit: sophieauthentique.com

02/11/15

2 November 2015

Hi,

How are you? Are you doing well there? Have you eat your dinner? How's your day? Sorry, I can't hold myself. It's been almost a month since our break up and you haven't replied anything from me. Are you happy there? How's your friends? How's your, special, friend? Sorry. Sorry if I am always judging you. I am sorry.

It's my first day in the new office. The workload seems to be not as heavy as the previous one. I came home at 6 pm and I took the longest bath ever. It took one and a half hour for me to stay in the shower and listening to sad songs. I am crying, sitting, and then shouting. I scream your name. I miss you.

Hi,

You must have felt very annoyed with me now. With all of my emails and all the stupid things that I've done, you just simply get enough of me. I've called your friends just to know your condition. But then I always ended up crying, regretting. I know that you said he's not a special person, but still, the way you post everything and spend your day with him, it burns me. I know. I have no right any more to be mad at you. No, I never have the right for that since the first time we met. You are always free.

I keep imagining that after office I would go home and you would call, or at least greet me with your warm love. Then I will take a shower and video call you. We talk and talk, forget about the hour. And I will see you fallen asleep. It will be a pleasant time. 

You are beautiful. You are beautiful without your make up, you are beautiful when you wake up in the morning. I keep remembering how you used to wake up in the morning. I will kiss you and see your smile. I will hug you and say that I love you. Then we fall back to sleep, wishing that we will keep like that forever.

But.

You are not here.

You are not here for me any longer.

You have been far away.

Your heart is no longer mine.

Your heart....

Has been freed.

While I'm stuck. I'm stuck between our memories. I still can't accept the reality that you are no longer mine. The reality that you don't want to contact me any more. Despite all the things we have been through. Despite all the sweet things that you have said to me. Despite all the things that we've promised together. Despite the picture of our future that we've drawn together. Despite the love we've felt for these years. Despite everything.

How are you Roselyn? I wish you happy.

I still love you. 

This much.

Always.

I am so sorry.

15/10/15

11 Oktober 2015

Dear Isabel,

Entah aku harus memulainya dari mana, atau menggunakan kata apa untuk memberitahumu tentang kabar terbaruku ini. Karena setiap kata yang aku temukan di dalam buku, majalah, bahkan kamus, seperti sudah tidak bermakna lagi. Setiap ucapan yang keluar dari tiap mulutku seperti sudah tidak sesuai tatanannya dengan yang Bapak atau Ibu guru ajarkan dulu. 

Isabel, aku sekarang tahu bagaimana rasanya tergeletak setengah mati di ubin yang dingin dengan tatapan kosong yang menengadah ke langit-langit serta mulut yang sedikit terbuka seperti baru saja jiwa di dalam dada ini terengut lalu berhamburan ke segala penjuru. 

Isabel, aku telah kehilangan separuh diriku. Rasanya seperti aku dipaksa untuk melihat dadaku dibelah kemudian tangan yang kotor mengambil paksa jantungku. Kemudian ia tidak peduli dengan darah yang mengucur deras dari lubang yang telah ia buat, ia membiarkannya menganga dan tanpa ekspresi mengelus jantungku yang tak lagi bertuan. Kemudian ia pergi tanpa kata, tanpa membalikkan badannya bahkan untuk sejenak.

Isabel, aku sudah seperti mayat berjalan beberapa hari ini. Aku telah merasakan tubuh yang tidak diberi asupan selama 24 jam, tidak mandi selama dua hari, dan tidak bisa berbicara dengan jelas selama beberapa hari. Aku telah kehilangan akal sehatku, dan mungkin, mungkin sekali, aku sekarang sedang menulis dengan kegilaanku.

Apakah arti kegilaan itu Isabel? Apakah memperjuangkan yang tidak mungkin bisa dibilang gila? Aku lihat beberapa hari yang lalu seorang motivator berkata bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Anak dari keluarga tidak mampu bisa sekolah di luar negeri, seorang anak penjual singkong bisa masuk daftar orang terkaya negeri ini, tapi apakah ada kisah sukses tentang ketidakmungkinan cinta? Seperti, seperti, cinta yang berbeda agama? Berbeda suku? Ditelantarkan oleh jarak dan waktu? Apakah kau pernah menemui kisah semacam itu Isabel? Apakah kau pernah menemukan keberhasilan cinta dalam dua insan yang tidak direstui oleh keluarganya? Atau, atau mungkin, kisah keberhasilan cinta seorang lelaki sederhana untuk mendapatkan wanita idamannya?

Oh Isabel. Aku tidak berhenti-hentinya bertanya tentang rencana langit yang dipersiapkan untukku. Aku telah begitu egois, naif, dan menjijikan. Ya, menjijikan Isabel. Aku memainkan hati seorang bidadari yang seharusnya selalu aku peluk erat, selalu aku cium, dan selalu aku ucapkan cinta setiap detiknya. Aku begitu bodoh, sebodoh-bodohnya manusia.

Isabel, kita pernah membahas tentang ruang dan waktu. Ya, waktu. Kau berandai-andai tentang waktu yang terus berjalan, apakah bisa diulang? Kala itu aku bersikeras bahwa waktu tidak perlu bisa diulang, karena itu berarti ada penyesalan. Isabel, Isabel, sekarang aku menjilat ludahku sendiri. Aku sudah menjadi manusia menjijikan yang tidak segan-segan menelan kotoran agar bisa mengulang waktu.

Isabel, aku begitu putus asa. Nafasku terasa begitu berat setiap tarikannya, dan setiap hembusannya tersirat penyesalan yang begitu legam.

Isabel. Aku mencintainya. Aku mencintainya sejak pertama kali bertemu. Sejak pertama kali kulihat wajahnya yang bersinar, berbeda dengan yang lainnya. Isabel. Katakanlah. Definisi cinta mana yang kau ingin aku aminkan? Aku akan aminkan demi dirinya. Isabel. Lidahku sudah kelu, otakku beku, dan jari-jariku mengkerut untuk kembali menjalani hidup. Rasanya aku ingin menyudahinya saja.

Baru aku tahu kalau patah hati bisa semenyakitkan ini, Isabel. Aku sudah mohon ampun, sudah. Ampuni dosa-dosaku ya Tuhan! Ya ampun Isabel, aku telah memanggil nama Tuhan berkali-kali. Aku sudah sujud berkali-kali. Tapi dia semakin jauh, dan semakin jauh. Sampai akhirnya aku begitu benci, karena Dia memutuskan hubunganku dengannya begitu saja setelah aku berdoa begitu keras. 

Aku miskin hati Isabel, aku begitu murka! Aku tidak tahu lagi harus berbicara apa, dengan siapa, dan bagaimana.  Aku tak tahu Isabel harus bagaimana. Aku tidak tahu. Ampuni aku Isabel. Atas apa-apa yang sudah kulakukan, atas apa-apa yang sudah terjadi. Isabel. Aku tiada Isabel. Tiada.

Aku telah menangis hingga air mataku tidak bisa keluar lagi. Aku telah berteriak hingga suaraku tak terdengar lagi. Dan aku sudah kehilangan kesadaran berkali-kali. Tapi dia bilang dia tetap tak akan kembali.

Isabel. Aku telah menjadi gila.

06/10/15

Menjadi, atau Tidak Menjadi. Itulah Persoalannya.

Siapa yang tidak kenal dengan Shakespeare (well, my parents didn't)? Salah satu sastrawan tersohor di dunia yang dikenal dengan bahasanya yang belibet dan sulit dimengerti ini memiliki satu karya mahabesar, yakni Hamlet. Beberapa waktu yang lalu saya secara tidak sengaja menemukan jadwal aksi teater yang mengangkat kisah Hamlet di Twitter. Adalah @teaterKATAK yang mencoba untuk menerjemahkan manuskrip super-duper-ultra sulit dimengerti Hamlet untuk masyarakat luas.

Sumber: @HamletKataK

Kepala yang penat serta waktu yang lowong di hari Sabtu, saya gunakan untuk menonton aksi teater ini (jangan tanya sama siapa). Dengan modal kebosanan dan beberapa lembar uang rupiah, saya berangkat ke Gedung Kesenian Jakarta. Tadinya saya ingin memesan via telepon, tapi sudahlah, saya mau mencoba peruntungan saya dengan langsung datang dan beli tiket on the spot.


Saya beruntung, masih ada sisa tiket untuk saya menikmati aksi teater ini. Tanpa ada orang yang saya kenal di Gedung Kesenian Jakarta, saya langsung saja masuk untuk mencari tempat duduk yang telah saya pesan. Aksi teater ini berlangsung selama kurang lebih 3 (tiga) jam dengan ada istirahat selama 20 menit di pertengahan aksi. Cukup lama untuk sebuah aksi teater, namun saya rasa masih kurang lama untuk bisa menceritakan kisah Hamlet.

Aksi Teatrikal Untuk Semua
Menonton aksi teater bukanlah kegemaran saya, namun aksi teater yang mengangkat kisah Hamlet tentu menarik perhatian saya. Saya ingin melihat bagaimana tim teater Katak mengintepretasikan kisah Hamlet yang rumit ke dalam aksi hidup khas teatrikal, and I was not disappointed!

Pangeran Hamlet diperankan oleh Viriya Paramita
Sumber: @teaterKATAK

Sebagai orang yang masih awam dengan aksi teater, saya merasa geli setiap kali melihat adegan musikal di tengah aksi teater. Memang itu adalah poin yang tidak bisa dihilangkan dari aksi teatrikal, coba saja lihat aksi bintang-bintang besar di Broadway. Mungkin saya saja yang belum terbiasa, maklum keingetan film-film India. Tim teater Katak memiliki tugas yang cukup berat dalam aksi teater Hamlet, yakni bagaimana caranya membuat penonton tetap mengerti alur kisah Hamlet serta mendapatkan pesan-pesan Shakespeare tanpa membuat mereka jenuh dengan dialog-dialog rumit antar karakter. The result is.... They did a really good job there!

Raja Claudius dan Ratu Gertrude diperankan oleh Riski Safaat dan Lydia Natasha
Sumber: @teaterKATAK

Entah apakah memang sudah menjadi suatu prasyarat tak tertulis dalam etika berteater, ataukah memang menjadi sebuah kebiasaan, aksi teater Hamlet ini juga tidak luput dengan banyak aksi jenaka di beberapa adegan. Manuskrip Hamlet yang menurut saya gelap, bercerita tentang tragedi, pembunuhan, dan ketidakpastian dapat dikemas menjadi segar oleh tim teater Katak, marvellous!

Arwah Raja Hamlet diperankan oleh Pandji Putranda
Sumber: @teaterKATAK

Awalnya saya berniat untuk mengecek apakah semua adegan penting di kisah Hamlet akan diintepretasikan secara harafiah atau tidak. Tapi setelah beberapa nyanyian dan canda-tawa, sudahlah, saya mau menikmati aksi teater ini sebagaimana tim teater Katak mengintepretasikannya, haha. Satu-satunya yang mengganjal di pikiran saya hingga saat ini adalah penggunaan Bahasa Indonesia dalam menyatakan beberapa kutipan-kutipan dialog penting dalam naskah Hamlet. Everytime I heard it from the players, I giggle so much!

Kutipan-kutipan dialog khas karakter yang telah di-Bahasa Indonesia-kan

Oke, itulah review sederhana saya dari aksi teater Hamlet oleh tim teater Katak. Kalo dirangkum, bolehlah saya memberikan skor 8 out of 10! Tetap berkarya ya teman-teman! Orang-orang Indonesia, terutama orang Jakarta, masih perlu diperkenalkan seni teater dan seni-seni lainnya. Jadikan seni bagian dari hidup agar hidup tidak melulu hitam-putih.

* * *

Is Justice The Business of People or God?
Kisah Hamlet atau lengkapnya Tragedy of Hamlet: Prince of Denmark karya Shakespeare adalah sebuah kisah klasik mengenai suatu kerajaan yang tidak lepas dari persoalan tahta. Kembalinya Hamlet ke kerajaan Denmark yang berpusat di Elsinore diwarnai oleh banyak kejutaan: meninggalnya ayah Hamlet, sang raja Denmark, dan ibunya yang menikah dengan pamannya, yang mana membuat pamannya menjadi raja. Secara struktural seharusnya Hamlet-lah pemegang tahta selanjutnya dari kerajaan Denmark, tapi karena sang ibu menikahi pamannya, maka tertutuplah jalan Hamlet menjadi raja.

Salah satu bagian favorit saya dalam kisah Hamlet adalah ketika raja Claudius mengakui segala dosa-dosanya yang telah membunuh raja Hamlet:

"My words fly up, my thoughts remain below. Words without thought never to heaven go,"

Raja Claudius (seperti) menemukan dirinya tidak dapat berdoa karena dirinya telah begitu kotor di hadapan Tuhan. Di bagian itu, kemudian Hamlet memiliki kesempatan untuk membunuhnya saat raja Claudius sedang dalam posisi lengah dan lemah. Namun yang terjadi malah pertarungan batin dalam diri Hamlet yang menurut saya sangat irasional namun sangat mengena.

Datangnya arwah raja Hamlet untuk menemui Hamlet dan berkata bahwa ia tidak dapat pergi ke surga karena ia tidak memiliki persiapan untuk menemui Tuhan (karena dia belum mengakui dosa-dosanya dan berdoa tapi sudah keburu dibunuh) menimbulkan persepsi bahwa jika ia membunuh raja Claudius saat ia berdoa, maka ia akan mengirimnya langsung ke surga. Padahal ia ingin pamannya menderita lebih dari apa yang dirasakan oleh ayahnya yang sekarang sedang "disucikan" oleh api neraka.

Secara rasional, tindakan Hamlet adalah tindakan yang bodoh untuk tidak membunuh raja Claudius saat itu juga. Menimbang hasil akhir (matinya Hamlet) yang merugikan, sebetulnya tanpa memikirkan surga-neraka maka Hamlet bisa menegakkan keadilan. Dari sini kemudian timbul pertanyaan dalam benak saya. Soal keadilan, apakah itu urusan manusia atau Tuhan? Dari mana Hamlet bisa tahu bahwa pamannya tidak akan ke neraka apabila ia membunuhnya saat itu juga? Damn Hamlet! Make up your mind! Gak salah sih apabila ia terkenal dengan quote super-labil:

"Be, or not to be,"

20/09/15

Ada Apa dengan Kita dan Film-Film Anak yang Tertukar?

"Encanensu (nama disamarkan demi kepentingan sponsor, halah), mohon kau maafkan ibu. Ibu tidak ingin kau marah terus,"
"Baik ibu, aku tidak akan marah lagi,"

Begitulah potongan kalimat dialog dalam sebuah film seri impor dari Turki yang sekarang ini sedang merajalela di Indonesia. Entah apa yang merasuki saya malam itu sehabis pulang kantor sehingga saya menyempatkan waktu menonton satu episode dari film yang bahkan saya tidak ikuti dari awal. Setelah menghabiskan hampir tiga jam perjalanan untuk bisa sampai di rumah dengan selamat dari kantor, malam itu saya memutuskan untuk makan malam telebih dahulu sebelum saya melepas kaos kaki. Sambil mengisi perut yang kosong, saya menyalakan televisi dan berhenti di salah satu stasiun televisi swasta yang terkenal dengan film-film impor Turki-nya. Saya berharap banyak dari film impor yang saya tonton tersebut, namun nyatanya jalan kisahnya mudah ditebak. Yap, cerita tentang anak orang kaya yang tertukar dengan anak orang miskin di rumah sakit. Klise.

 Ini dia dua anak yang tertukar. Cantik ya?

Meski diisi oleh aktor dan aktris yang cantik nan tampan dan didukung oleh latar belakang pemandangan yang indah ala Turki, nyatanya film ini memiliki garis cerita yang sama saja dengan beberapa film sinema elektronik (sinetron) Indonesia yang telah banyak (juga sempat ngehits) ditayangkan. Saya jadi bertanya-tanya, ada apa dengan kisah anak yang tertukar? Apakah sebegitu senangnya masyarakat kita dengan kisah anak yang tertukar? Atau ini semacam fantasi liar yang menjadi impian dan doa-doa tersembunyi dari masyarakat kita?

Kisah anak yang tertukar sudah sangat jelas akan menaruh fokus pada isu sosial. Pasti yang tertukar adalah anak dari keluarga yang kaya dengan anak dari keluarga miskin (ya iyalah, kalo sama-sama keluarga miskin, ga bakal ada sensasinya), kemudian ada satu kejadian di masa depan, tentunya ketika anak mereka sudah besar, yang membuat orang tua mereka tersadar atau membuktikan bahwa anak mereka tertukar. Lagi-lagi, klise.

Isu sosial antara si kaya dan si miskin selalu menjadi hits yang tak terbantahkan di hampir seluruh negara di dunia. Tengok film seri Taiwan yang super hits di era saya masih SD dulu (yes, I'm talking about F4), atau film kartun yang terinspirasi dari negeri 1001 malam, Aladdin, dan masih banyak lainnya. Kebanyakan film yang mengangkat isu sosial selalu berhasil mendapatkan simpati masyarakat karena jelas sekali sangat mudah bagi sang penulis cerita untuk menempatkan mana yang jahat dan mana yang baik, dan menunjukkan tersiksanya kaum yang lemah (biasanya sih alur ceritanya seperti itu). Lalu, apakah ini fenomena yang biasa?

Belakangan ini saya terganggu dengan pemikiran film anak-anak yang tertukar ini. Kenapa? Karena saya merasa bahwa mungkin ada yang salah dengan mental atau mungkin juga mindset kita. Saya pribadi merasa sangat senang memposisikan diri sebagai anak yang tertukar dari keluarga miskin dan mendadak jadi orang kaya (ya iyalah, mana ada yang mau dari kaya jadi miskin). Mungkin ini yang menjadi daya tarik dari film-film yang membawa isu sosial kaya dan miskin. Ya, diam-diam kita memposisikan diri dan berdoa kisah seperti itu terjadi pada kita, demi perubahan status sosial yang instan. Ini semua kemudian perlahan-lahan menjadi imajinasi kita, kemudian kita berandai-andai, dan pada akhirnya kita mempercayai kisah seperti ini yang membuatnya menjadi bagian dari diri kita. It impacts to our acceptance of life, I think.

Terakhir, sebelum saya menutup tulisan omong kosong ini, saya baru menyadari sisi unik dari film si kaya dan si miskin ini. Biasanya, penonton akan dibuai dengan kehidupan sang kaya yang mewah, dan saya selalu bertanya-tanya apa tujuannya. Apakah ini sebagai alat pemacing agar kita semua bisa sekaya itu atau ini hanya tindakan sesumbar semata? Ah, uniknya film anak yang tertukar. Membuat kita bertanya-tanya, membuat kita berdoa, membuat kita percaya, bahwa mungkin suatu ketika, kita ini adalah anak-anak yang tertukar, dan sejatinya memiliki keadaan finansial yang jauh lebih baik dari sekarang. Maafkan analisa penulis yang kacau dan dangkal.
 
Dan ini adalah babe serta emak dari kedua anak tersebut. Selalu berpenampilan klimis dan kece, representasi dari lelaki sukses dengan harta melimpah. Who doesn't want to be like him?

13/09/15

Give Us the Good in This Life and the Next, and Protect Us from Your Fury

Dear God,

It's been awhile since my last pray. I know that I am not your favourite, nor the purest one. In fact, maybe I am the worst among your creatures. But people told me that you never sleep. You always hear our whispers. You always hear our prayers. Then, in this silent night, let me whisper you my prayers.

Dear God,
The one that known by many names,

It's up to you, and will always be your right to either answer or not our prayers. I have heard once some saint said this thing to me: "What is our difference than beggars if we pray only when we need something from God?" No, it's not wrong, nor right. I keep playing it in my mind, what is my difference than beggars, really. You are the conqueror, the owner of heaven and earth. You are the creator of everything. What is my difference than beggars to you? To whom I can ask something if it's not you?

Dear God,
The one who wrote the list of death and life,

Losing someone that we love is something that we can't really bear, and you knew it. That's why you allow us to create cemetery, to allow us remembering our loved ones that have passed away. You allow us to grief. God, it is a difficult time for my loved one. Please gave her strength to bear the pain. Please gave her your light. Let her accept everything that you have wrote since day one. I know that you always gave the best for your creature.

Dear God,
The owner of everything,

I do also in difficult times now, and I know that you knew it. Please gave me strength and show me your light to go through all of this. For all the things that you create, you have decide how one creature will go follow his path that you have made. Please forgive me for all the things and the sins that I have done.

May the night sleep well and the sun will shine bright tomorrow.

Let me finish my pray to you.


"Dear God, give us the good in this life and the next, and protect us from your fury."

04/09/15

Flavors of Chile: Undangan Pertama sebagai Blogger

"1 September malam di Jakarta? Kamu mau diundang sebagai blogger gak?" kata seorang senior kampus yang juga merupakan bos di kantor. Tanpa basa-basi, saya langsung mengiyakan undangan tersebut. 

Masih ingat beberapa bulan yang lalu saya mengubah fokus tulisan di blog saya menjadi tempat untuk mengulas tempat-tempat nongkrong asyik. Usaha pertama saya mengulas tempat nongkrong berbuah manis karena terjadi lompatan pembaca yang signifikan. Hal tersebut diikuti oleh bertambahnya follower saya di berbagai macam akun sosial media saya. Meski nama blog masih pakai nama sendiri (belum ada branding) dan masih numpang sama blogspot (iya, saya tahu masih jelek banget layout-nya, haha), saya tidak patah semangat untuk terus mengulas tempat-tempat nongkrong asyik yang saya pernah datangi.

Tepatnya di akhir bulan lalu saya mendapatkan undangan untuk datang ke sebuah acara di email pribadi saya. Acara yang saya tidak tahu harus akan menulis apa nantinya. Karena acara ini bukan tentang tempat nongkrong, tapi acara perkenalan budaya. Ya, saya mendapatkan undangan untuk datang ke acara Flavors of Chile. 

Acara ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar negara Chile di hotel Grand Hyatt. Acara yang ditujukan sebagai perkenalan budaya melalui masakan Chile ini mendatangkan banyak orang penting dan orang-orang terkenal (tidak termasuk saya, haha). Banyak pejabat asing dan orang-orang Kadin yang saya lihat, serta ada Chef terkenal Indonesia yang saya juga sempat temui. Mau tahu bagaimana kisahnya? Cekidot!

***

Tertulis di undangan acara dimulai pada pukul 18.30 WIB. Saya baru berangkat dari kantor pukul 18.30 WIB. Dalam hati, "Aduh, telat deh ini. Undangan pertama sebagai blogger malah telat, mati gue." Sepanjang perjalanan saya sudah merangkai berbagai macam alasan untuk keterlambatan ini. Jalanan dari kantor menuju venue tidak macet dan saya berhasil sampai pukul 19.00 WIB.

"Mas Iqbal ya? Blogger kan? Di sini mas registrasinya," tetiba seorang wanita menghampiri dan membimbing saya ke meja registrasi selepas sampai di hotel Grand Hyatt. Saya tidak bisa menutup kegirangan saya malam itu. Saya senyum-senyum sendiri, dan menengok kesana kemari tidak jelas karena tidak ada satu wajah pun yang saya kenal.

Suasana di pintu masuk ruangan

"Banyak bule!" itu yang terlintas pertama kali di pikiran saya ketika melewati ruang registrasi. "Acaranya mulai jam 19.30 WIB, sekarang kita cocktail party dulu mas," kata salah seorang penyelenggara acara kepada saya. "Oh, jadi ini yang namanya cocktail party," orang-orang minum dan bercengkerama satu sama lain. Maklum saya belum pernah menghadiri cocktail party (ah, kebiasaan minum jamu aje).

Suasana bar dengan banyak pilihan wine

Saya mengambil segelas wine merah dengan posisi tangan yang gak jelas sok-sok ngerti. Setelah itu duduk di sofa yang ada beberapa wanita sedang bercengkerama. Setelah berbicara sejenak, mereka ternyata awak media yang diundang untuk meliput acara ini, salah satunya dari detik.com (saya pembaca setia detik.com lho, hehe. Ini nih beritanya, detik.com emang cepet kalo nulis berita: Sajian Seafood dengan Rasa Eksotis Dihadirkan di 'Flavors of Chile')

Waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB dan pintu ruangan dibuka. Saya ikut-ikutan masuk dan saya diminta duduk di meja nomer 24, katanya saya akan duduk bersama blogger lain. Setelah menempati tempat duduk, benar saja, saya berkenalan dengan banyak blogger-blogger ternama. Let me list them down:
  1. Ada Soya dari Soya vs Food
  2. Ada Aline dari Foolosophy
  3. Ada Yenny dari Things That Make Me Happy
  4. Ada Andre dari Food Directory (silahkan cek akun Instagramnya)
Selain para blogger, meja ini juga diduduki oleh tiga punggawa lifestyle. Ada Ario penyiar radio dan dua wanita cantik, Puteri dan Diah, host dari dua stasiun TV swasta.

Wefie meja no. 24

Kami semua disambut oleh Duta Besar Chile yang menjelaskan tujuan acara ini, serta video sekilas mengenai negara Chile. Yang paling saya suka dari acara ini adalah setiap kali kami akan disajikan makanan, sang koki, Francisco Araya, menunjukkan bahan-bahan makanan serta cara memasaknya yang dikemas sangat apik dalam video.

My first dish: Avocado gel. Salmon crudo and shellfish

Despite the small size it has, the taste is so unique! Yap, perpaduan alpukat dengan ikan salmon, asing sekali bukan? Setiap hidangan akan ditemani oleh wine yang berbeda-beda (maaf saya lupa mencatat nama wine-nya).

My second dish: Salmon sealed with orange's salt, citrus sauce, and baby onions caramelized with dried plums

Sepertinya orang-orang Chile senang sekali dengan ikan salmon ya? Nevermind, ini rasanya enak! Rasa asin dari salmonnya sangat terasa!

My third dish: Chilean seabass, peas puree, shellfish's sofrito with 'merken' and black potatos

I don't even know what 'merken' is, yang jelas, kentang warna hitam ini yang bikin saya penasaran. "Kok kentang bisa hitam warnanya?" perdebatan ini berlangsung cukup lama di meja kami. Ada yang bilang bahwa ini menggunakan tinta cumi yang disajikan di atas daging seabass (coba perhatikan gambar). That's makes sense sih, haha. Kentang hitam ini bukan main rasanya. Seperti dikukus, hangat, enak dan berasa seperti ubi, tapi tidak manis.

My last dish: Apple sorbet, grapes gel, soil of almond and walnut, cherries

Nah, makanan penutup saya ini semacam es krim begitu pemirsa. Dengan campuran rempah kacang dan cherry, bisa lah ngepas sama lidah saya.

Setelah kami selesai makan, sang koki pun keluar dari dapur untuk memperkenalkan diri. Suatu kehormatan bagi saya bisa mencicipi masakan chef Francisco Araya. Ketika sang koki sibuk berkenalan dengan yang lain, saya kabur untuk mendatangi satu wajah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia:

CHEF MARINKA!

YAP! She's the one and only Chef Marinka! Waw, ternyata beda banget aslinya sama di TV. Orangnya ramah, baik, dan cantiknya, unexplainable, haha. Chef Marinka terlihat sangat excited mencicipi masakan Chile, tapi sayang waktu saya bersama dengan beliau tidak lama, sudah banyak yang antri mau ngobrol dan foto sama chef Marinka. I wonder about her opinions on Chilean foods.

Anyway, saya tidak berkecil hati. Karena ketika yang lain sibuk dengan chef Marinka, saya bisa mendekati chef Francisco Araya. This is where the magic happen! I know that I am not a great food blogger, because I write review about hangout places, not the details of the food, that is why my coversation with chef Francisco Araya for couple of minutes worth so much!

Saya sadar saya tidak punya banyak waktu dengan chef Francisco Araya, karena dia pasti akan dikejar-kejar juga oleh yang lain, so I only ask him one question, "What is the essence of Chilean food?"

Chef Francisco Araya menjawab satu kata, "Freshness." Kesegaran merupakan inti dari makanan Chile. Orang-orang Chile sadar bahwa mereka dianugerahi oleh kekayaan alam yang luar biasa, dan berlimpahkan oleh sumber daya laut terbaik. Itu alasannya kenapa pada acara ini chef Francisco Araya menyajikan makanan-makanan seafood untuk kami. Karena inti dari makanan Chile adalah kesegaran, maka orang-orang Chile jarang sekali memakai bumbu. Chef Francisco Araya menjelaskan "Ketika kami ingin makan ikan, kami ingin merasakan rasa dari daging ikan tersebut, bukan kenikmatan bumbu." Well, that's explain everything Chef! Berbeda dengan Indonesia yang dianugerahi rempah-rempah, kita sangat suka dengan bumbu. Siapa coba yang tidak suka rendang? Gado-gado? Damn, that's my favorite!

Acara pun selesai, sebelum saya kembali ke kantor, saya menyempatkan diri foto bersama dengan para blogger sekali lagi bersama dengan dua chef hebat dari Chile dan Indonesia. Thank you for the food chef! Thank you for the conversations, bloggers! Cheers!

Flavors of Chile! What a night!

20/08/15

Makan Enak Gak Harus Mahal

Daaaaaaaaaaaamn! Udah lama banget nih gak nulis di blog. How are you peopleeee? Wazzzzzuuuup? How's life? Great? Glad to hear that! Udah 2 bulan ya ternyata, ckck. Sebelumnya mau mohon maaf lahir batin dulu ya, maaf tidak memenuhi janji untuk nulis setiap minggu, hiks. Gue tersesat dalam kehidupan *halah. Well, anyway, I get my life rhythm back! I'm gonna write again yaw!

Sesuai dengan judul, kali ini gue mau me-review sebuah tempat makan yang murmer yang secara gak sengaja gue temukan di arah pulang ke kosan. This is the first time I eat EMPAL GENTONG. Yup, Empal Gentong, makanan khas Jawa Barat yang sering dibilang makanan khas Betawi juga (correct me if I am wrong ya). Begini kisahnya...

***

Malam itu seperti biasa saya pulang sekitar jam 8an malam dari kantor. Saya melihat sebuah warung kopi cukup besar yang ramai sekali. Namun saya melihat ada pikulan di depan warung kopi tersebut dengan ketupat bertengger di atas pikulannya. Warung kopi itu nampak jelas dari luar, namun pikulan di depannya nampak ramai dengan orang. Well, sh*t! Let's try to find out!


Ooo, ternyata ada something di pikulan tersebut, Tanpa banyak basa-basi, saya tanya, "Pak, ini apa ya?", and he said, "Empal Gentong".

Empal Gentong? What is that yo? Norak banget ye gue. Yaudah gue langsung pesen, "Pesen satu ya pak, yang paling enak." Dengan banyaknya antrian, si bapak langsung mengolah dengan cepat, dan gue iseng aje foto.


Setelah doi ngolah pesenan gue, gue lihat dan telaah baik-baik nih makanan, and daaaaaaaaaaamn! This is look so delicious!


Empal gentong dengan paru! Wait, is it still can be called as empal gentong? I don't know, tapi yang pasti rasanya unik! Asin, manis, gurih, semua campur jadi satu di mulut.

***

Enough with the picture ya, I know you are hungry now, haha. Jadi setelah gue makan dan kenyang, gue ajak si bapak ini buat ngobrol (sorry, I forgot to take his picture).

Namanya Bapak Ali, beliau sudah jualan empal gentong pikul ini selama 10 tahun. Bapak Ali belajar masak empal gentong dari baba-nya, yang juga penjual empal gentong selama 40 tahun. Bapak Ali meneruskan usaha baba-nya setelah si baba jatuh sakit dan gak bisa jualan (no worries, he is still in good shape dan ikut nimbrung masak serta ngobrol tadi). 

Bapak Ali adalah mantan caddy dan pelatih golf. Doi meninggalkan pekerjaannya karena memilih untuk meneruskan usaha baba-nya. Surprisingly, pendapatan dari penjualan empal gentong ini twice than his salary per month, haha. Ya akhirnya beliau serius menjalankan bisnis ini. Semua pegawainya adalah anggota keluarganya. Ada baba-nya, om-nya, tantenya, keponakannya, sampai adeknya, semua bantu jualan empal gentong.

Berawal dari kesukaannya terhadap empal gentong (plus insiden baba), doi berani improvisasi dengan campuran ketupat sayur. And this is the answer of the unique taste I have described to you before! Damn, this man is good! Terhitung 50 tahun sudah empal gentong ini ada di daerah Patal Senayan. Bapak Ali mengundang saya untuk sewaktu-waktu nanti main ke rumah untuk belajar bikin empal gentong, haha.

Sayangnya perbincangan kami tidak berlangsung lama karena pengunjung yang terus berdatangan dan membuat Bapak Ali sangat sibuk. Empal gentong Bapak Ali buka jam 3 sore dan tutup jam 9 malam (6 jam doang, abis itu habis ludes, keren banget kan?). Dengan rasa yang mantap dan harga yang sangat friendly (I spent IDR 23.000 include drink), gak heran empal gentong Bapak Ali sangat ramai dan cepat habis. Mungkin kapan-kapan kamu mau makan di sini sama aku? Uhuy, gombal dulu ah.

That's all folk! See you again in my next post! Here's some extra photo of my dinner tonight. Hope you hungry!

Segelas teh hangat dan sepiring empal gentong cukup untuk menemani malamku yang dingin dan lapar akan kasih sayangmu *aseek

29/06/15

#lovewins

Selamat malam! Apa kabar? Semoga bahagia selalu ya! Minggu ini gue absen dulu untuk me-review hangout places karena keterbatasan waktu dan tempat. Eits, tapi jangan pergi dulu! Karena gue ingin menggunakan kesempatan kali ini untuk menuliskan sebuah pemikiran, semangat, dan harapan yang udah lama ingin gue tulis tapi gajadi-jadi terus. Gue mau nulis tentang kejadian yang beberapa hari ini heboh banget di dunia nyata maupun di dunia maya. Yup, gue mau nulis opini gue tentang same-sex marriage.

Akhirnya, legal juga!
Tanggal 26 Juni 2015 menjadi hari baik bagi kaum LGBT (kok gue ngerasa aneh ya pakai istilah "kaum"?) di Amerika Serikat karena Supreme Court melegalkan pernikahan sesama jenis. Negara Amerika Serikat (selain merupakan negara adidaya) adalah negara yang sering atau suka banget gue perhatiin. Pergerakan politik dan sosialnya selalu memberikan hawa baru bagi dunia internasional. Sejak memerdekakan diri dari Inggris (correct me if I'm wrong), menghapuskan sistem perbudakan, pergerakan kesetaraan kulit hitam, hingga pemberian hak suara bagi semua warganya, Amerika Serikat selalu menjadi pusat perhatian dunia. Bahkan, meski bukan merupakan negara pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis, Amerika Serikat tetap mendapatkan sorotan dari negara-negara di dunia. Lalu apa hubungannya dengan gue?

Gue mendukung pernikahan sesama jenis. Bukan, itu bukan berarti gue seorang homoseksual, gue adalah seorang pecinta wanita, azeeek. Anyway, I support same-sex marriage simply karena gue merasa bahwa pernikahan atau bersatunya suatu pasangan adalah hak mendasar setiap manusia, hak semua orang untuk bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintainya, and that's also mean for those who have a same-sex partner.


 

Pernikahan sesama jenis dan pernikahan beda agama
As some of you may know, gue juga mendukung pernikahan beda agama. Hal ini didasari oleh keadaan gue yang sekarang juga sedang menjalani hubungan beda agama. Menurut gue, dua hal ini berbagi inti pesan yang sama, yakni hak mendasar setiap manusia untuk bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintainya. Gue tahu bener rasanya menjalin hubungan beda agama, yang menurut gue juga mungkin dirasakan oleh orang-orang yang menjalani hubungan sesama jenis, yakni resistensi dari banyak pihak. 

Ketika gue melihat dan membaca berita tentang ini, gue seneng banget. Gue merasa simpati, mungkin juga empati, dengan mereka yang sudah lama sekali memperjuangkan hal ini. Sayangnya, di Indonesia malah terjadi sebaliknya, Mahkamah Agung menolak permintaan untuk melihat kembali undang-undang pernikahan, which mean negara (dan masyarakat) Indonesia masih belum bisa menerima adanya pernikahan beda agama.

Hukum menjadi solusi dan awal mula yang bagus kalo kata Macklemore. Ketika hukum, dalam hal ini negara, memandang semua orang itu sama, equal, dan melindungi hak semua orang, semua warga negara untuk dapat bersatu dengan orang-orang yang dicintainya, maka secara perlahan pola pikir masyarakat juga akan berubah. Pergolakan sosial yang terjadi di masyarakat memang akan selalu berubah dari zaman ke zaman, semua itu pasti ada pro-kontranya, tapi gue percaya banget, cinta itu datang bukan karena pilihan, tapi udah dari sananya.

Alasan-alasan inilah yang membuat gue mendukung same-sex marriage. Alasan-alasan ini yang ikut membentuk gue menjadi pribadi yang seperti sekarang.

"No freedom 'til we're equal, damn right I support it"
 Macklemore & Ryan Lewis - Same Love

21/06/15

Kenapa Harus ke Barbershop?

Hey-ho! Bagaimana kabar kalian hari ini? Gue mau berterima kasih dulu nih kepada semua pembaca yang sudah mampir ke blog gue karena minggu lalu seusai gue me-review Three Buns, ternyata terdapat loncatan pembaca yang sangat signifikan (bagi gue). Tulisan review Three Buns ternyata mampu menarik perhatian 100 pembaca, damn! That was a fantastic number! Terima kasih sudah mau mampir dan membaca blog gue, gue jadi makin semangat menulis review tentang the best hangout place in town!

Sore ini setelah gue bermalas-malasan di kosan, gue memutuskan untuk saatnya potong rambut. Wait, potong rambut? What's the relevancy with the best hangout place in town? Ini dia pertanyaan yang perlu gue jabarkan buat kalian. Bagi kalian yang masih asing dengan istilah barbershop, sebetulnya bermakna sama dengan tempat cukur/pangkas rambut yang biasa ada di pinggir jalan dekat-dekat rumah kita (I used to go to pangkas rambut lho dulu hingga SMA). Istilah barbershop sendiri di Indonesia mulai kian ramai beberapa tahun belakangan ini. Ada sebuah barbershop fenomenal di Jakarta (bukan barbershop ini yang mau gue review) yang mampu memberikan domino effect terhadap lifestyle anak-anak muda Jakarta (dan pada akhirnya di kota-kota lain di Indonesia).

So, what is barbershop? Bagi gue, secara fundamental, yang membedakan pangkas rambut dengan barbershop adalah: 1) Fasilitas; 2) Jenis layanan; 3) Produk pendukung untuk gaya/kesehatan rambut; 4) Kenyamanan. Fasilitas tentu memberikan penampilan yang berbeda antara barbershop dengan tempat pangkas rambut, AC misalnya, membuat kita tetap nyaman di ruangan. Barbershop juga biasanya memberikan pelayanan yang berbeda-beda, ada yang cukur saja, cukur + pijat, dan lain-lain. Pelayanan itu tentuya dibanderol dengan harga yang berbeda-beda pula. Di barbershop juga biasanya menyediakan produk-produk yang bisa kita beli untuk menunjang gaya/kesehatan rambut kita, dan biasanya kita juga akan diajarkan cara penggunaannya, dari vitamin, pomade/minyak rambut, hingga berbagai jenis sisir, biasanya tersedia di barbershop. Terakhir, nah ini yang akan gue bahas lebih dalam, adalah kenyamanan. Bukan maksud hati mengatakan bahwa di pangkas rambut tidak nyaman, namun di barbershop (menurut gue) kenyamanan merupakan penilaian paling vital bagi seorang pelanggan untuk kembali lagi kesana, alasannya pun beragam, tapi buat gue, yang terpenting adalah peran si barber (tukang potong rambutnya) itu sendiri.

###


Sore ini gue mampir ke barbershop favorit gue, Barberoom. Setiap bulan gue selalu kesini untuk potong rambut dan bercengkerama dengan orang-orang di dalamnya. Terhitung gue udah 9 bulan lebih bolak-balik Barberoom dan udah ketemu sama yang punya (sore ini ga ketemu), manajernya, hingga barber langganan gue.

Sebagai sebuah barbershop, Barberoom memberikan fasilitas yang oke dan pelayanan yang beragam. Barber-barber yang ramah menjadi nilai plus Barberoom. Gue sendiri kalo dateng ke Barberoom pasti langsung disambut oleh semua stafnya dan pasti yang nanganin gue adalah barber langganan gue (kita bisa memilih mau dilayani oleh barber yang mana). Gue dateng, buka pintu, disapa, dikasih tempat duduk, dikasih teh (kalo lagi ga bulan puasa), dan akan diajak ngobrol-ngobrol. This is what makes barbershop, or in this case Barberoom, the best hangout place in town.

"This is a barbershop, not a hair salon. You came here not to impress anyone, but to get the best service while talking with your fellow about sports, women, relationships."

Memang cuma cewek yang bisa ngegosip? Cowok juga bisa kali. I spend many hours in Barberoom usually to have a good laugh on everything! From job, women, into relationship. Meski sudah selesai mendapatkan pelayanan, gue biasanya masih akan stay untuk ngobrol atau sekedar menyeduh teh hangat di sini.




Kalian juga bisa konsultasi mengenai gaya rambut terkini atau gaya rambut apa yang paling cocok dengan kalian. Produk-produk yang disediakan juga tentunya akan dicocokkan sesuai dengan gaya kalian. Barber-barber yang ramah ini akan membimbing kalian untuk jadi gentlemen.


Ini adalah a'a Agus, barber langganan gue yang udah tahu gaya rambut gue kayak gimana dan gak pernah berubah sejak 9 bulan terakhir. "Eh, a'a Ozil dateng," sapa a'a Agus setiap kali gue dateng ke Barberoom. A'a Agus adalah barber yang ramah, lucu, dan cabul, haha. Gue akan selalu dibuat ketawa dengan cerita-cerita jenakanya setiap kali datang kesini. Fun fact dari a'a Agus, bahwa kebanyakan barber di Indonesia berasal dari Garut! Gak percaya? Coba kalian tanya asal para barber ini. Dulu gue pernah bilang sama a'a Agus, jangan-jangan di Garut itu ada sekolah barbernya, dan doi dengan santai menjawab, "Kita mah gak perlu sekolah barber a', kita mah udah jago potong memotong rambut dari lahir. Sama jagonya kayak merayu wanita, haha." Geli bener gue dengernya, haha.

Oke, jadi kalian sudah tahu kenapa gue ke Barberoom setiap bulannya. You will get the best service, the best advice, and the best laugh in here. I definitely recommend you to stop by and have a good time here. This is the best hangout place in town!

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: barberoom.co

13/06/15

People Who Love to Eat are Always the Best People

Halo! Udah lama banget gue gak nulis di blog! God, my work seems like never ending! Nice to write again in this lovely afternoon! Eits, tapi sekarang gue lagi nulis gak di sembarangan tempat nih. Gue lagi nulis di salah satu tempat paling hitz di Jakarta.

So, I'm planning to improve my blog by not only writing personal things but also some review. As some of you have known that my blog start to review books (sorry, belum sempet baca-baca buku lagi nih) and now I'm going to review the best hangout place in town! Dari mana ide ini bisa muncul? Let me tell you the story.

Mau Jadi Influencer

Sejak gue bekerja di salah satu PR agensi paling bergengsi di dunia (remind me to write a story about it), gue mulai mengurus keberangkatan beberapa blogger dan influencer untuk klien-klien gue. Saat itu gue mikir, "Damn! Kenapa gue ga bisa kayak mereka yang dibayar untuk hal yang mereka suka? They simply write their experience for some of the most interesting event in the world!" dan ternyata semesta mendukung.

Beberapa minggu setelah gue mengirimkan influencer dan blogger-blogger itu ke luar negeri, gue bertemu dengan salah satu dedengkot dunia maya, mas Rane. Gue ketemu di sebuah acara yang diselenggarakan oleh klien gue, and I talk a lot with him.

"Mas, kok enak ya jadi influencer gitu? Mereka dibayar cuma untuk nulis," gue bilang sama mas Rane.

"Iqbal, lu juga bisa kali kayak gitu. Yang penting lu tau apa yang lu suka, lu tulis deh. Sisanya hanya tinggal konsisten aja untuk terus nulis," jawab mas Rane.

Perbincangan kami memakan waktu berjam-jam saat itu dan akhirnya membuat gue bertekad untuk nulis tentang hal-hal yang gue suka. I love to hangout, I love to eat and drink, I love to talk with people, and I love to write! Akhirnya gue memutuskan untuk menulis tempat-tempat hangout asik di Jakarta dan (masukkan dari mas Rane) tempat-tempat makan terpencil semacam kaki lima yang bisa memutarbalikkan lidah lu 180 derajat! So, start from now, every weekend I will write them down in my blog. Are you excited as I am?! Yeeehaaaa!

Eat Burger and Drink!

For my first attempt, gue milih Three Buns, sebuah tempat makan asik yang bisa dibuat hangout sama temen-temen lu. Where did I know this place from the very first place? My best friend of course! Waktu itu gue janjian mau ketemu sama salah satu temen lama gue, seorang pengacara yang lagi galau mau ngelanjutin karir cemerlangnya atau mau mengajar untuk kemaslahatan bangsa, mas Rifky. Back to the story, waktu itu kita sama-sama clueless mau ketemuan dimana, sampai akhirnya dia bilang, "Hey, I know a good place to meet, Three Buns!" and so we're off!


Three Buns merupakan sister company dari Potato Head, another great place to hangout, which explain a lot about the uniqueness of the place. Three Buns dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kesan taman bermain yang terinspirasi dari New York Central Park (I have never been there, so I can't explain a lot). Mereka percaya bahwa masyarakat Indonesia itu perlu tahu nikmatnya burger, a real burger! Mereka mengusung visi, "A homemade burger, made from heart", keren banget kan? The burger in here was so delicious! Sayang mereka harus mengurangi ukuran burgernya karena banyak pelanggan yang komplain ukurannya kegedean untuk takaran orang Indonesia (really guys? Come on!).


Dari luar kalian akan melihat sebuah trailer kecil bergambar kepala bulldog (their mascot), and once you got in, wow, believe me, you will be fascinated! Look at some of the photo below!



Sore ini gue memutuskan untuk ketemu dengan orang Three Buns, dan gue disamperin oleh Jessica Eveline, Head Chef Three Buns yang bertugas menjaga kualitas makanan dan minuman yang mereka sajikan. Jessica berbicara banyak tentang Three Buns dan burger. Pengunjung Three Buns sangat beragam, dari anak-anak muda sampai bule-bule yang sekedar mau minum di bar mereka. Hari-hari kerja biasanya dipenuhi oleh orang-orang kantoran yang cari makan siang dan akhir pekan akan dipenuhi oleh anak-anak muda dan bule-bule.


Di sini lu bisa ngerokok, minum alkohol, dan ada wifinya. Kurang apa coba? Kurang makanannya? Let me show you my menu this afternoon:


Gue pesen menu Street Truff dengan minuman Beerootscola. Gak usah ditanya lagi, Three Buns memang jagonya burger. Mereka menyajikan berbagai macam burger, dari burger dengan daging sapi, babi, hingga Four Floor, burger 4 lantai yang bisa bikin mulut lu kepenuhan. Untuk minuman, mereka menyajikan minuman soda, bir, hingga alkohol.

In my honest opinion, they have everything it takes to be the best hangout place in town. I really, really, really, recommend you to come!

For more details, visit: threebuns.com