29/06/15

#lovewins

Selamat malam! Apa kabar? Semoga bahagia selalu ya! Minggu ini gue absen dulu untuk me-review hangout places karena keterbatasan waktu dan tempat. Eits, tapi jangan pergi dulu! Karena gue ingin menggunakan kesempatan kali ini untuk menuliskan sebuah pemikiran, semangat, dan harapan yang udah lama ingin gue tulis tapi gajadi-jadi terus. Gue mau nulis tentang kejadian yang beberapa hari ini heboh banget di dunia nyata maupun di dunia maya. Yup, gue mau nulis opini gue tentang same-sex marriage.

Akhirnya, legal juga!
Tanggal 26 Juni 2015 menjadi hari baik bagi kaum LGBT (kok gue ngerasa aneh ya pakai istilah "kaum"?) di Amerika Serikat karena Supreme Court melegalkan pernikahan sesama jenis. Negara Amerika Serikat (selain merupakan negara adidaya) adalah negara yang sering atau suka banget gue perhatiin. Pergerakan politik dan sosialnya selalu memberikan hawa baru bagi dunia internasional. Sejak memerdekakan diri dari Inggris (correct me if I'm wrong), menghapuskan sistem perbudakan, pergerakan kesetaraan kulit hitam, hingga pemberian hak suara bagi semua warganya, Amerika Serikat selalu menjadi pusat perhatian dunia. Bahkan, meski bukan merupakan negara pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis, Amerika Serikat tetap mendapatkan sorotan dari negara-negara di dunia. Lalu apa hubungannya dengan gue?

Gue mendukung pernikahan sesama jenis. Bukan, itu bukan berarti gue seorang homoseksual, gue adalah seorang pecinta wanita, azeeek. Anyway, I support same-sex marriage simply karena gue merasa bahwa pernikahan atau bersatunya suatu pasangan adalah hak mendasar setiap manusia, hak semua orang untuk bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintainya, and that's also mean for those who have a same-sex partner.


 

Pernikahan sesama jenis dan pernikahan beda agama
As some of you may know, gue juga mendukung pernikahan beda agama. Hal ini didasari oleh keadaan gue yang sekarang juga sedang menjalani hubungan beda agama. Menurut gue, dua hal ini berbagi inti pesan yang sama, yakni hak mendasar setiap manusia untuk bisa bersatu dengan orang-orang yang dicintainya. Gue tahu bener rasanya menjalin hubungan beda agama, yang menurut gue juga mungkin dirasakan oleh orang-orang yang menjalani hubungan sesama jenis, yakni resistensi dari banyak pihak. 

Ketika gue melihat dan membaca berita tentang ini, gue seneng banget. Gue merasa simpati, mungkin juga empati, dengan mereka yang sudah lama sekali memperjuangkan hal ini. Sayangnya, di Indonesia malah terjadi sebaliknya, Mahkamah Agung menolak permintaan untuk melihat kembali undang-undang pernikahan, which mean negara (dan masyarakat) Indonesia masih belum bisa menerima adanya pernikahan beda agama.

Hukum menjadi solusi dan awal mula yang bagus kalo kata Macklemore. Ketika hukum, dalam hal ini negara, memandang semua orang itu sama, equal, dan melindungi hak semua orang, semua warga negara untuk dapat bersatu dengan orang-orang yang dicintainya, maka secara perlahan pola pikir masyarakat juga akan berubah. Pergolakan sosial yang terjadi di masyarakat memang akan selalu berubah dari zaman ke zaman, semua itu pasti ada pro-kontranya, tapi gue percaya banget, cinta itu datang bukan karena pilihan, tapi udah dari sananya.

Alasan-alasan inilah yang membuat gue mendukung same-sex marriage. Alasan-alasan ini yang ikut membentuk gue menjadi pribadi yang seperti sekarang.

"No freedom 'til we're equal, damn right I support it"
 Macklemore & Ryan Lewis - Same Love

21/06/15

Kenapa Harus ke Barbershop?

Hey-ho! Bagaimana kabar kalian hari ini? Gue mau berterima kasih dulu nih kepada semua pembaca yang sudah mampir ke blog gue karena minggu lalu seusai gue me-review Three Buns, ternyata terdapat loncatan pembaca yang sangat signifikan (bagi gue). Tulisan review Three Buns ternyata mampu menarik perhatian 100 pembaca, damn! That was a fantastic number! Terima kasih sudah mau mampir dan membaca blog gue, gue jadi makin semangat menulis review tentang the best hangout place in town!

Sore ini setelah gue bermalas-malasan di kosan, gue memutuskan untuk saatnya potong rambut. Wait, potong rambut? What's the relevancy with the best hangout place in town? Ini dia pertanyaan yang perlu gue jabarkan buat kalian. Bagi kalian yang masih asing dengan istilah barbershop, sebetulnya bermakna sama dengan tempat cukur/pangkas rambut yang biasa ada di pinggir jalan dekat-dekat rumah kita (I used to go to pangkas rambut lho dulu hingga SMA). Istilah barbershop sendiri di Indonesia mulai kian ramai beberapa tahun belakangan ini. Ada sebuah barbershop fenomenal di Jakarta (bukan barbershop ini yang mau gue review) yang mampu memberikan domino effect terhadap lifestyle anak-anak muda Jakarta (dan pada akhirnya di kota-kota lain di Indonesia).

So, what is barbershop? Bagi gue, secara fundamental, yang membedakan pangkas rambut dengan barbershop adalah: 1) Fasilitas; 2) Jenis layanan; 3) Produk pendukung untuk gaya/kesehatan rambut; 4) Kenyamanan. Fasilitas tentu memberikan penampilan yang berbeda antara barbershop dengan tempat pangkas rambut, AC misalnya, membuat kita tetap nyaman di ruangan. Barbershop juga biasanya memberikan pelayanan yang berbeda-beda, ada yang cukur saja, cukur + pijat, dan lain-lain. Pelayanan itu tentuya dibanderol dengan harga yang berbeda-beda pula. Di barbershop juga biasanya menyediakan produk-produk yang bisa kita beli untuk menunjang gaya/kesehatan rambut kita, dan biasanya kita juga akan diajarkan cara penggunaannya, dari vitamin, pomade/minyak rambut, hingga berbagai jenis sisir, biasanya tersedia di barbershop. Terakhir, nah ini yang akan gue bahas lebih dalam, adalah kenyamanan. Bukan maksud hati mengatakan bahwa di pangkas rambut tidak nyaman, namun di barbershop (menurut gue) kenyamanan merupakan penilaian paling vital bagi seorang pelanggan untuk kembali lagi kesana, alasannya pun beragam, tapi buat gue, yang terpenting adalah peran si barber (tukang potong rambutnya) itu sendiri.

###


Sore ini gue mampir ke barbershop favorit gue, Barberoom. Setiap bulan gue selalu kesini untuk potong rambut dan bercengkerama dengan orang-orang di dalamnya. Terhitung gue udah 9 bulan lebih bolak-balik Barberoom dan udah ketemu sama yang punya (sore ini ga ketemu), manajernya, hingga barber langganan gue.

Sebagai sebuah barbershop, Barberoom memberikan fasilitas yang oke dan pelayanan yang beragam. Barber-barber yang ramah menjadi nilai plus Barberoom. Gue sendiri kalo dateng ke Barberoom pasti langsung disambut oleh semua stafnya dan pasti yang nanganin gue adalah barber langganan gue (kita bisa memilih mau dilayani oleh barber yang mana). Gue dateng, buka pintu, disapa, dikasih tempat duduk, dikasih teh (kalo lagi ga bulan puasa), dan akan diajak ngobrol-ngobrol. This is what makes barbershop, or in this case Barberoom, the best hangout place in town.

"This is a barbershop, not a hair salon. You came here not to impress anyone, but to get the best service while talking with your fellow about sports, women, relationships."

Memang cuma cewek yang bisa ngegosip? Cowok juga bisa kali. I spend many hours in Barberoom usually to have a good laugh on everything! From job, women, into relationship. Meski sudah selesai mendapatkan pelayanan, gue biasanya masih akan stay untuk ngobrol atau sekedar menyeduh teh hangat di sini.




Kalian juga bisa konsultasi mengenai gaya rambut terkini atau gaya rambut apa yang paling cocok dengan kalian. Produk-produk yang disediakan juga tentunya akan dicocokkan sesuai dengan gaya kalian. Barber-barber yang ramah ini akan membimbing kalian untuk jadi gentlemen.


Ini adalah a'a Agus, barber langganan gue yang udah tahu gaya rambut gue kayak gimana dan gak pernah berubah sejak 9 bulan terakhir. "Eh, a'a Ozil dateng," sapa a'a Agus setiap kali gue dateng ke Barberoom. A'a Agus adalah barber yang ramah, lucu, dan cabul, haha. Gue akan selalu dibuat ketawa dengan cerita-cerita jenakanya setiap kali datang kesini. Fun fact dari a'a Agus, bahwa kebanyakan barber di Indonesia berasal dari Garut! Gak percaya? Coba kalian tanya asal para barber ini. Dulu gue pernah bilang sama a'a Agus, jangan-jangan di Garut itu ada sekolah barbernya, dan doi dengan santai menjawab, "Kita mah gak perlu sekolah barber a', kita mah udah jago potong memotong rambut dari lahir. Sama jagonya kayak merayu wanita, haha." Geli bener gue dengernya, haha.

Oke, jadi kalian sudah tahu kenapa gue ke Barberoom setiap bulannya. You will get the best service, the best advice, and the best laugh in here. I definitely recommend you to stop by and have a good time here. This is the best hangout place in town!

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: barberoom.co

13/06/15

People Who Love to Eat are Always the Best People

Halo! Udah lama banget gue gak nulis di blog! God, my work seems like never ending! Nice to write again in this lovely afternoon! Eits, tapi sekarang gue lagi nulis gak di sembarangan tempat nih. Gue lagi nulis di salah satu tempat paling hitz di Jakarta.

So, I'm planning to improve my blog by not only writing personal things but also some review. As some of you have known that my blog start to review books (sorry, belum sempet baca-baca buku lagi nih) and now I'm going to review the best hangout place in town! Dari mana ide ini bisa muncul? Let me tell you the story.

Mau Jadi Influencer

Sejak gue bekerja di salah satu PR agensi paling bergengsi di dunia (remind me to write a story about it), gue mulai mengurus keberangkatan beberapa blogger dan influencer untuk klien-klien gue. Saat itu gue mikir, "Damn! Kenapa gue ga bisa kayak mereka yang dibayar untuk hal yang mereka suka? They simply write their experience for some of the most interesting event in the world!" dan ternyata semesta mendukung.

Beberapa minggu setelah gue mengirimkan influencer dan blogger-blogger itu ke luar negeri, gue bertemu dengan salah satu dedengkot dunia maya, mas Rane. Gue ketemu di sebuah acara yang diselenggarakan oleh klien gue, and I talk a lot with him.

"Mas, kok enak ya jadi influencer gitu? Mereka dibayar cuma untuk nulis," gue bilang sama mas Rane.

"Iqbal, lu juga bisa kali kayak gitu. Yang penting lu tau apa yang lu suka, lu tulis deh. Sisanya hanya tinggal konsisten aja untuk terus nulis," jawab mas Rane.

Perbincangan kami memakan waktu berjam-jam saat itu dan akhirnya membuat gue bertekad untuk nulis tentang hal-hal yang gue suka. I love to hangout, I love to eat and drink, I love to talk with people, and I love to write! Akhirnya gue memutuskan untuk menulis tempat-tempat hangout asik di Jakarta dan (masukkan dari mas Rane) tempat-tempat makan terpencil semacam kaki lima yang bisa memutarbalikkan lidah lu 180 derajat! So, start from now, every weekend I will write them down in my blog. Are you excited as I am?! Yeeehaaaa!

Eat Burger and Drink!

For my first attempt, gue milih Three Buns, sebuah tempat makan asik yang bisa dibuat hangout sama temen-temen lu. Where did I know this place from the very first place? My best friend of course! Waktu itu gue janjian mau ketemu sama salah satu temen lama gue, seorang pengacara yang lagi galau mau ngelanjutin karir cemerlangnya atau mau mengajar untuk kemaslahatan bangsa, mas Rifky. Back to the story, waktu itu kita sama-sama clueless mau ketemuan dimana, sampai akhirnya dia bilang, "Hey, I know a good place to meet, Three Buns!" and so we're off!


Three Buns merupakan sister company dari Potato Head, another great place to hangout, which explain a lot about the uniqueness of the place. Three Buns dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kesan taman bermain yang terinspirasi dari New York Central Park (I have never been there, so I can't explain a lot). Mereka percaya bahwa masyarakat Indonesia itu perlu tahu nikmatnya burger, a real burger! Mereka mengusung visi, "A homemade burger, made from heart", keren banget kan? The burger in here was so delicious! Sayang mereka harus mengurangi ukuran burgernya karena banyak pelanggan yang komplain ukurannya kegedean untuk takaran orang Indonesia (really guys? Come on!).


Dari luar kalian akan melihat sebuah trailer kecil bergambar kepala bulldog (their mascot), and once you got in, wow, believe me, you will be fascinated! Look at some of the photo below!



Sore ini gue memutuskan untuk ketemu dengan orang Three Buns, dan gue disamperin oleh Jessica Eveline, Head Chef Three Buns yang bertugas menjaga kualitas makanan dan minuman yang mereka sajikan. Jessica berbicara banyak tentang Three Buns dan burger. Pengunjung Three Buns sangat beragam, dari anak-anak muda sampai bule-bule yang sekedar mau minum di bar mereka. Hari-hari kerja biasanya dipenuhi oleh orang-orang kantoran yang cari makan siang dan akhir pekan akan dipenuhi oleh anak-anak muda dan bule-bule.


Di sini lu bisa ngerokok, minum alkohol, dan ada wifinya. Kurang apa coba? Kurang makanannya? Let me show you my menu this afternoon:


Gue pesen menu Street Truff dengan minuman Beerootscola. Gak usah ditanya lagi, Three Buns memang jagonya burger. Mereka menyajikan berbagai macam burger, dari burger dengan daging sapi, babi, hingga Four Floor, burger 4 lantai yang bisa bikin mulut lu kepenuhan. Untuk minuman, mereka menyajikan minuman soda, bir, hingga alkohol.

In my honest opinion, they have everything it takes to be the best hangout place in town. I really, really, really, recommend you to come!

For more details, visit: threebuns.com