Saya memang bukan ahli dalam ideologi, apalagi ideologi sosialis-komunis. Tapi saya mencermati beberapa hal yang setidaknya masuk akal bagi saya dan mencernanya sesuai dengan pemikiran saya. Beberapa waktu belakangan ini, beberapa teman dan dosen mulai berbicara tentang ideologi sosialis-komunis sebagai jawaban permasalahan yang dialami di masa ideologi liberal atau neo-liberal sekarang ini.
Ada sebuah teori yang berbicara mengenai kelas atau status sosial. Saya agak lupa siapa yang mencetuskannya, Karl Marx mungkin. Teori kelas ini berbicara bahwa setidaknya masyarakat tergolong menjadi tiga golongan kelas. Yakni golongan atau kaum elit, kaum menengah, dan kaum proletarian. Tanpa ada keinginan untuk menyalahkan teori tersebut, saya ingin membagikan sedikit pemikiran saya tentang teori kelas dalam tulisan ini. Sebelum itu, mari kita samakan persepsi mengenai ketiga golongan kelas ini sesuai pemikiran saya:
- Golongan atau kaum elit adalah lapisan masyarakat yang memiliki akses ke sistem produksi dan juga akses menuju pengambilan keputusan. Saya melihat mereka dalam sosok pemegang jabatan publik dan petinggi-petinggi negara. Mereka ini yang memiliki wewenang untuk membuat suatu kebijakan.
- Golongan atau kaum menengah adalah lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk tidak lagi bergantung kepada (keputusan) negara atau para pengambil keputusan. Saya melihat mereka dalam sosok pedagang atau pengusaha yang sudah kaya raya. Mereka tidak lagi akan terpengaruh oleh kebijakan yang dibuat oleh negara karena mereka memiliki cukup sumber daya untuk menanggulangi kekurangan mereka.
- Golongan proletarian adalah lapisan masyarakat yang sangat terpengaruh oleh kebijakan pemerintah tetapi tidak memiliki akses ke sistem produksi dan juga akses menuju pengambilan keputusan. Saya melihat mereka dalam sosok pegawai, buruh, dan mereka yang tidak tergolong dalam dua golongan sebelumnya. Biasanya golongan ini merupakan golongan dengan jumlah terbesar dibandingkan dua lainnya.
Saya melihat kelas-kelas ini seperti bagian dari jam pasir. Kalo kita lihat, jam pasir terdiri dari tiga bagian, pasir atas, celah sempit, dan pasir bawah. Lihat gambar untuk memudahkan penggambaran jam pasir:
Dari sini saya memiliki pemikiran seperti ini, bagaimana jika ketiga kelas tersebut merupakan bagian dari jam pasir? Dimana kaum elit menempati bagian pasir atas, kaum menengah menempati bagian celah sempit, dan kaum proletarian menempati bagian pasir bawah?
Kenapa demikian? Saya berhipotesis bahwa jumlah kaum elit semakin lama akan semakin berkurang, hal ini dapat kita lihat dalam realita bahwa kompetisi untuk mendapatkan posisi pemangku jabatan negara sangat tinggi, dan terlebih lagi, pendidikan yang dienyam kaum elit oleh keturunannya memiliki tujuan untuk mempertahankan status keelitannya tersebut, contoh, baik dalam kasus nepotisme atau bukan, banyak pejabat yang akan berusaha untuk mempertahankan posisinya dengan mencoba membantu rekan atau keluarganya untuk menggantikan posisinya. Tetapi dengan persaingan yang ketat, lambat laun kaum elit ini akan turun kelas menempati bagian pasir bawah atau dalam kata lain menjadi bagian dari kaum proletarian.
Sedangkan untuk kaum menengah, mereka tidak akan terpengaruh jumlahnya oleh kebijakan negara, karena itulah mereka menempati bagian celah sempit. Rasionalisasi lainnya seperti ini, mereka (kaum menengah) merupakan penerus kebijakan pemerintah, contoh, apabila seorang pengusaha restoran yang memiliki banyak karyawan mendapati kebijakan pemerintah menaikan harga pangan, maka untuk menjaga besaran keuntungan (menjaga statusnya sebagai kaum menengah) dia harus menaikan harga barang dagangnya atau dia dapat mengurangi gaji karyawannya (atau dalam keadaan ekstrim akan memecatnya). Hal ini kemudian masuk akal apabila kaum menengah berperan menjadi gerbang untuk mengubah kaum elit menjadi kaum proletarian. Tambahan, kaum menengah memiliki kuasa untuk membalikkan keadaan apabila mereka mau. Contoh, pengusaha bisa saja melakukan lobi untuk mengangkat kaum proletarian naik kelas ke kaum elit.
Dengan dua hipotesis tersebut, tentu jumlah kaum proletarian akan bertambah. Yang unik adalah, saya ingin mencoba memasukkan sebuah mitos dalam teori ini. Mereka yang terbiasa hidup sulit akan lebih mudah untuk mendapatkan kesuksesan. Jika mitos ini saya masukkan dalam teori, maka akan terjadi keajaiban dimana kaum proletarian dapat menaiki kelas kaum elit, ditambah lagi kuasa kaum menengah yang sudah saya jelaskan sebelumnya.
Akhir kata, saya melihat ini sebagai sebuah siklus yang tak akan berhenti. Kaum elit dan kaum proletarian secara tidak menentu akan terus berganti posisi seiring dengan keinginan kaum menengah dan keajaiban dari mitos yang saya sebutkan sebelumnya. Dari sini saya dapat mengambil kesimpulan bahwa kaum menengah adalah kaum yang memiliki kuasa dan keuntungan penuh dalam teori kelas jam pasir. Demikian pemikiran saya mengenai teori kelas jam pasir.