Sudah sangat lama saya tidak menulis review tentang buku yang saya baca. Bukan hanya karena kesibukan saya sehari-hari yang menghambatnya, namun bacaan saya kali ini juga menjadi salah satu faktor yang memperlambat kecepatan membaca saya. Tercatat di akun Goodreads saya bahwa saya telah menghabiskan waktu kurang lebih 16 bulan untuk membaca buku setebal 643 halaman ini.
Novel The Idiot karya Fyodor Dostoyevsky merupakan salah satu literatur sastra yang sangat sulit untuk saya mengerti sejauh saya membaca berbagai macam literatur. Ya, ini adalah kali pertamanya saya membaca literatur sastra Rusia. Saya tertarik membaca literatur sastra Rusia setelah mendengar beberapa teman saya yang telah membacanya, dan memang, saya sudah diperingatkan tentang tingkat kompleksitasnya.
Dari sekian banyak versi terjemahan Bahasa Inggris dari The Idiot, saya membaca versi terjemahan Henry dan Olga Carlisle yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1969. Sebelum saya menulis tentang review ini, saya mencari banyak sekali contoh cara me-review literatur Rusia, dan ternyata kebanyakan orang memang mengalami kesulitan dalam menulis review tentang literatur Rusia tanpa harus membahas keseluruhan kisahnya.
Tentang Fyodor Dostoyevsky
Saya ingin sedikit berbagi informasi mengenai sang penulis novel, yakni Fyodor Dostoyevsky (1821-81). Beliau telah menuliskan banyak karya-karya hebat yang masuk ke dalam zaman keemasan literatur Rusia, diantaranya ada: Crime and Punishment, The Idiot, The Possessed, dan The Brothers Karamazov. Melalui karya-karyanya, kita dapat melihat dunia melalui kacamata filosofis tentang harapan dan pengampunan melalui penderitaan.
The Idiot merupakan karya favorit Dostoyevsky sendiri. The Idiot merupakan kanvas hidup Dostoyevsky yang kala itu saat proses penulisan berada di tahap kehidupan yang benar-benar berat. Sebelum ia mulai menuliskan naskah The Idiot, Dostoyevsky sedang dalam tahap menuju pernikahan dengan istri keduanya Anna Grigoryevna. Anna yang merasa tidak disukai oleh mertuanya serta kondisi ekonomi Dostoyevsky yang dikejar-kejar oleh penagih hutang, akhirnya mengajak Dostoyevsky untuk pergi dari Rusia pada tahun 1867.
Kebiasaan buruk Dostoyevsky dalam berjudi semakin mempersulit keadaan ekonomi keluarga kecilnya. Dostoyevsky dan Anna harus menggadaikan hampir semua barang-barang yang mereka miliki untuk tetap bisa makan. Keadaan diperparah oleh kondisi kesehatan Dostoyevsky yang memburuk akibat epilepsi saat ia tengah menulis naskah The idiot. Puncaknya adalah ketika Sonya, putri Dostoyevsky, meninggal di umur dua-setengah tahun. Kita bisa melihat bagaimana hal-hal pribadi Dostoyevsky sangat mempengaruhi alur cerita serta gaya penulisannya yang menurut saya semakin gelap dan tragis di pertengahan hingga akhir kisah The Idiot.
The Idiot: Si Bodoh yang Suci
Novel ini mengisahkan perjalanan Pangeran Lev Nikolayevich Myshkin, seorang lelaki keturunan keluarga bangsawan tertua di Rusia, yang kembali ke Rusia setelah menghabiskan beberapa tahun hidupnya di Swiss untuk mengobati penyakit epilepsi yang dideritanya walau tidak bisa sembuh total. Myshkin kemudian datang ke St. Petersburg dengan harapan dapat menemui satu-satunya kerabat keluarganya yang tersisa.
Setelah Myshkin bertemu dengan kerabatnya, Myshkin mulai diperkenalkan dengan karakter-karakter lainnya yang turut membangun dinamika kisah The Idiot. Kejujuran dan sifat pemaaf Myshkin dianggap sebagai kenaifan dan kemunafikan oleh para bangsawan Rusia dan dia dikenal sebagai si bodoh yang suci. Hal ini akhirnya membawa Myshkin pada tragedi cinta di antara dua wanita: Nastassya Filippovna, disebut sebagai wanita paling cantik se-Rusia, dan Aglaya Yepanchin, putri terakhir dari keluarga bangsawan terhormat, Yepanchin.
Kecantikan Nastassya menarik hati semua pria yang pernah ia temui, tak terkecuali Myshkin. Namun, sayangnya, ketika Myshkin melamar Nastassya, ia menolaknya meskipun sejujurnya ia mencintai ketulusan serta kejujuran Myshkin yang tidak pernah ia temukan di dalam diri pria lain. Nastassya merasa tidak pantas untuk Myshkin karena selama ini ia telah banyak berbuat dosa, tidak cocok dengan Myshkin yang suci. Setelah hilangnya Nastassya, Myshkin menjadi dekat dengan Aglaya yang pintar. Kepintarannya mengintimidasi pria lain, namun tidak dengan Myshkin. Bagaikan cawan yang kosong, Myshkin selalu menerima perkataan dan perbuatan Aglaya terhadap dirinya yang terkadang terkesan merendahkan dirinya.
Keadaan menjadi rumit setelah Nastassya mengetahui kedekatan Myshkin dengan Aglaya dan bermaksud kembali untuk merebut Myshkin. Myshkin harus memilih, dan menurut saya, pilihannya untuk menerima Nastassya kembali dan membuang Aglaya merupakan esensi dari kisah The Idiot.
Myshkin merupakan seseorang yang digambarkan sangat suci oleh Dostoyevsky. Dalam perbincangannya dengan editor dari perusahaan penerbitnya, ia menjelaskan bahwa:
"The idea of Prince Myshkin is as a perfectly, wholly beautiful man,"
Ide awal The Idiot adalah untuk memberikan perspektif yang tidak terkekang oleh unsur moral kepada para pembacanya. Dostoyevsky menempatkan karakter Myshkin di tengah peradaban Rusia yang penuh dengan perlombaan kekuasaan, materialisme, dan budaya para bangsawan yang saling menggunjing satu sama lain. Dostoyevsky memberikan kebebasan kepada pembaca untuk berpihak tanpa menyatakan ada yang benar atau salah, terutama pada sang karakter utama, Myshkin.
Tentang Cinta, Kasih Sayang, dan Penyesalan
Seiring perkembangan cerita, novel ini berubah menjadi kisah tragis yang dipenuhi oleh kekacauan dan fatalisme. Chapter Eleven dan Chapter Twelve merupakan chapter penutup yang juga menjadi bagian favorit saya. Pada bab terakhir diungkapkan bahwa Rogozhin, karakter pertama yang dipertemukan dengan Myshkin dan menjadi sahabatnya, yang juga mencintai Nastassya, akhirnya menikahi Nastassya dan membunuhnya.
Kebimbangan Nastassya menjadi titik klimaks dan kehancuran hampir seluruh karakter di novel ini. Setelah kembali dan berhasil menarik hati Myshkin, ia membatalkan pernikahannya dengan Myshkin dan kabur berasma Rogozhin. Nastassya memahami bahwa semakin dirinya mengejar Myshkin, semakin yakin bahwa dirinya tidak pantas menerima kasih sayang Myshkin. Nastassya mengerti dan sudah tahu bahwa pada akhirnya dia akan mati di belati Rogozhin. Sebuah akhir yang luar biasa!
Kisah ini merangkum tiga hal di sub-judul dengan cara yang menakjubkan. Dostoyevsky menjelaskan kasih sayang (compassion) yang menjadi bentuk tertinggi dan paling mulia dari cinta harus berasal dari semua orang, dan dalam kisah ini, kasih sayang harus ada di diri Rogozhin. Sayangnya, Rogozhin tidak memiliki kasih sayang tersebut dan Myshkin tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagaimana dijelaskan oleh Gary Rosenshield, Professor of Slavic Language and Literature di University of Wisconsin, Madison:
"Myshkin's despair comes not from his inability to feel compassion, he feels compassion for everyone, but his realization that his compassion alone cannot save Nastassya Fillipovna. For Nastassya to be saved, the compassion must come from Rogozhin, who hate her as intensely as he loves her. But his love for her, unlike Myshkin's, is born not out of compassion, but passion for complete possession."
This is a very wonderful, yet complicated story.