Dari begitu banyaknya cerita tentang cinta, apakah kita benar-benar tahu artinya cinta, Isabel? Apakah kita pernah sekedar bertanya kepadanya tentang maksud kehadirannya di setiap nafas kehidupan mahkluk ciptaan Tuhan? Atau, bertanya "Siapa sebenarnya Tuhan?". Ah, pertanyaan yang begitu tabu dipandang oleh masyarakat. Berbicara seakan kita tahu segalanya hingga lupa bahwa sang surya telah lama tenggelam.
Isabel, siang ini aku melakukan ibadah yang sudah jarang rasanya aku lakukan semenjak aku kuliah. Ya, ibadah, Isaebel. Apa kau tahu artinya ibadah? Ah, kau pasti sudah memiliki definisi yang jauh lebih canggih dariku. Bagiku, ibadah adalah cara agar kita bisa dekat dengan Tuhan. Atau sekedar berkomunikasi dengan-Nya, meski seringkali hanya berbisik ke telinga-Nya. Apakah kau memiliki definisi yang berbeda? Izinkan aku tahu. Mari, aku lanjutkan cerita pendekku kembali.
Sang penceramah nampak semangat melontarkan kata-kata pujian serta doa-doanya siang itu. Ada satu hal unik yang aku tangkap dari ceramahnya, yakni tentang munculnya cinta. Aku tak pernah memikirkan sebelumnya bagaimana cinta bisa muncul di dunia ini. Mengapa kita tidak pernah membicarakan ini ya sebelumnya, Isabel? Di tengah propaganda dan segmentasi agama yang ia bicarakan, yang lagi-lagi, seperti yang sudah-sudah, hanya berkutat antara neraka dan surga, dia berbicara tentang cinta. Meski rasanya seperti hanya kurang dari lima menit ia membicarakan tentang cinta dan kaitannya dengan agama, pikiranku terbang sendiri mencari kisah tentang munculnya cinta siang itu, Isabel.
Kapan dan darimana sebenarnya cinta muncul? Apakah ia seorang lelaki berengsek yang mencari wanita tiap malamnya tanpa ia kenal namanya esok hari di ranjang hotel mereka menginap? Atau ia adalah seorang ibu yang membersihkan kotoran anaknya hingga ia bisa membersihkannya sendiri di usianya yang masih kecil? Atau ia adalah seorang kakak yang bingung dengan kehadiran adik barunya hingga terkadang merasa iri dengan segala perhatian yang didapatkan namun tetap tidak bisa memungkiri hatinya yang penuh dengan suka cita?
"Saudara-saudara, cinta datang di tengah harapan dan keraguan," sang penceramah memecah keheningan yang hinggap di otakku. Apa iya cinta datang di antara harapan dan keraguan?
"Ketika kita memberikan perhatian kita kepada seseorang, di sana timbul harapan bahwa kita juga ingin mendapatkan perhatian. Ingin dicintai,"
"Namun, kita seringkali lupa bahwa harapan tidak pernah datang sendiri. Ia datang bersama keraguan. Keraguan akan datangnya cinta yang kita harap,"
"Saat itulah cinta muncul, saudara-saudara,"
Dan cinta pun muncul. Menjadi jawaban atas harapan dan keraguan. Namun, apakah iya selalu berakhir seperti itu? Bagaimana dengan cinta yang tak terjawab? Tak terbalas? Apakah akan berakhir sama? Apakah ini hanya konsep belaka, yang lagi-lagi, hanya berkedok sebagai propaganda?
Yang aku mengerti, Isabel, cinta itu adalah kebenaran. Ia adalah yang sebenar-benarnya. Ia menghapuskan dendam dan benci, menghilangkan iri dan dengki, ia membutakan mata seseorang atas perhitungan untung dan rugi.. Jika ia benar adalah kebenaran, maka sang penceramah tidak berbohong. Karena seperti yang kau dan aku selalu bicarakan setiap kali kita bertemu, "Kebenaran hadir di tengah harapan dan keraguan,"
Kita berharap, kemudian meragu. Semakin kita dekat dengan kebenaran, semakin banyak cobaan yang datang. Jika harapan dan keraguan selalu datang bersamaan, apakah cinta datang sendiri? Akankah dia pergi, Isabel? Akankah kita sebenar-benarnya tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita?
Apakah cinta itu ada?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar