Pernahkah kita menyadari urutan kartu King, Queen, dan Jack? Saya pernah. Saya dulu sempat bertanya, kenapa urutannya seperti itu? Apakah ada sesuatu di balik itu? Dan yang paling membuat saya penasaran adalah kata "Jack" pada kartu J. Kenapa dia termasuk ke dalam tiga kartu "besar" yang sering kita mainkan untuk mengisi waktu luang?
Banyak versi sejarah yang menjelaskan tentang urutan ketiga kartu tersebut. Salah satunya yang terkenal adalah legenda Lancelot dan King Arthur. Sebagai orang kepercayaan raja, Lancelot sangat dapat dihandalkan dan menjadi orang yang memiliki posisi istimewa. Ini membuat kartu J yang digambarkan melalui sosok Lancelot memiliki posisi sebagai salah satu dari tiga kartu besar. Dan versi tambahannya adalah bahwa dia juga memiliki hubungan khusus dengan sang ratu.
Ada lebih banyak versi lagi mengenai kartu J, tetapi bukan itu yang ingin saya tulis pada kesempatan kali ini. Saya ingin menulis mengenai istilah lain yang dibawa oleh kata "Jack", yakni istilah Jack of All Trades atau lebih umum dikenal sebagai Master of None. Istilah yang muncul pada masa Renaissance ini memiliki makna ganda yang sering disalahgunakan. Makna yang positif berarti memiliki banyak bakat, sedangkan makna yang negatif berarti tidak ahli dalam apapun.
Belakangan ini saya, lagi-lagi, diterpa angin skeptisme dan aura negatif. Padahal baru saja saya melakukan sedikit kegiatan outdoor pergi ke pantai bersama teman-teman, tapi ini malah menambah kerasnya angin skeptisme tersebut. Saya kehilangan semangat hidup, atau lebih tepatnya saya tidak tahu apa semangat hidup saya. Melihat teman-teman melakukan apa yang mereka sukai (fotografi, travelling, debat, dan lain-lain) dan mengejar impian mereka menjadi sesuatu yang terkadang terasa sakit di hati saya. Timbul pertanyaan kemudian, "Apa yang menjadi passion saya? Apa yang bisa saya lakukan? Dan apa keahlian saya?"
Dalam kegelapan masa depan mengenai karir, pekerjaan, dan keuangan tentunya, saya sering mendapatkan perkataan seperti ini, "Kejar apa yang menjadi passion-mu, uang akan mengikutimu". Lah, saya saja tidak tahu apa passion saya, bagaimana mau mengejarnya? Dari sini kemudian saya mulai meng-eksaminasi diri saya. Apa sebenarnya yang menjadi keahlian saya? Dan saya kaget sendiri setelah mengetahui bahwa saya tidak ahli dalam melakukan apa-apa.
Saya selalu berpikir seperti ini, "Jika saya bisa (ahli) melakukan semuanya, mengapa harus menjadi ahli dari salah satunya saja?" Tapi entah saya yang salah atau bagaimana, saya merasa sangat hampa sekarang. Memang, setelah saya memeriksa kembali diri saya, saya bisa melakukan banyak hal. Tapi hanya sekedar bisa, tidak ahli. Saya bisa bermain bola, basket, olahraga apapun, tapi tidak ahli. Jika Anda mengajak saya travelling, saya bisa-bisa saja, bisa tidur di alam liar, makan apa saja, tapi saya tidak bisa membuat tenda, tidak bisa membuat api unggun. Sama halnya dengan kesukaan. Saya suka melakukan hal-hal baru, dan juga hal-hal yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Tapi saya tidak pernah merasa sangat suka akan satu hal.
Lagu Gie yang diciptakan Eros dan Okta memiliki lirik yang sedikit menyentil saya, "Berbagi waktu dengan alam, agar kau tahu siapa dirimu yang sebenarnya". Saya sudah mencoba untuk "berbagi waktu dengan alam", dan saya merasa tidak cocok dengan itu. Padahal seringkali saya merasa menggebu-gebu untuk melakukan travelling. Katanya jika kita "berbagi waktu dengan alam" kita lebih bisa mengenal diri kita. Dan itulah yang sekarang ini sedang saya lakukan. Saya sangat desperate butuh tahu, siapa saya sebenarnya. Apa yang saya suka, apa yang saya kuasai atau ahli. Seringkali terpikir untuk menggunakan jasa ramal, tarot, ataupun membuka mata ketiga atau hati nurani untuk mengetahui apa sebenarnya passion saya.
Seorang teman bilang, jangan pernah berhenti mengeksplorasi diri kita. Saya bingung harus mengeksplorasi dari mana? Atau mungkin pertanyaannya. apalagi yang saya harus eksplorasi? Apakah saya benar-benar tidak ahli dalam apa-apa, tidak suka satu hal yang khusus? Ataukah saya hanya tenggelam dalam kebingungan untuk memilih? Karena saya sebenarnya bisa melakukan ataupun menjadi ahli dalam hal apapun yang saya pilih? Mungkinkah saya hanya sibuk mengasah semua pisau menjadi tajam sehingga semua pisau terlihat tidak ada yang lebih tajam dari yang lainnya? Ya, semua pemikiran ini hanya berawal dari kata "Jack".
Good explanation about 'Jack' :D
BalasHapusSaya dulu malah berpikir bahwa Jack adalah, bisa dikatakan, Perdana Menteri, jika kita melihat dari posisi kerajaan atau ke-monarki-an . Bisa juga dikatakan, orang yang mempunyai banyak wawasan dan keahlian dan semuanya itu seimbang , tidak ada yang terlalu buruk dan terlalu baik, dan hal tersebut adalah, mnurut saya, 'trait' dasar seorang 'leader', dimana disini saya sebut Perdana Menteri. Perdana Menteri harus memahami banyak fenomena dan wawasan, yang kemudian dia lanjutkan lagi dengan menteri-menteri per bidangnya. Karena perdana menteri tahu banyak hal, beliau dapat menghubungkan, seperti contoh, soal ekonomi dengan kesehatan, militer dengan ekonomi dan sebagainya . . ya, seperti itu padangan saya hehe
Untuk masalah 'diri kita', mungkin saudara Iqbal butuh menunggu 'sang waktu', seperti yang pernah saudara Iqbal diskusikan dengan saya :D , untuk menghidupkan 'Switch atau Saklar' nya hehe
masalahmu spertinya melanda semua orang seusiamu termasuk aku. aku jg gtu kok. aku mrasa nanggung dalam hidup. bisa apa2 tp serba nanggung, artinya gak (belum) ada yg bisa dikuasai atau dibanggakan. tp aku liat di kampus, km jauh lebih beruntung dari aku. km lbih punya sesuatu yang dibanggakan. misalnya saja, km jd tutor Hi asteng, jd komahi, terlibat ini itu, bisa ikut magang, dll. hal seperti itu buat banyak orang bangga n iri (dalam arti positif) dan mencoba meniru km. jd sebaiknya km mensyukuri hal itu, krn gak semua org seberuntung km. kata2 terakhirmu soal km terlalu sibuk mengasah semua pisau sehingga km akhirnya gak tau mana yg tajam benar adanya. km terlalu banyak mendalami sesuatu sehingga km mrasa gak ada yg lebih dri kemampuanmu. ibarat kata km punya sebotol berisi air (air sebagai pengetahuan atau skill), trus km isi ke lima gelas. kelima gelas memang terisi air, tp tidak penuh. coba km isi ke tiga atau satu gelas aja, km akan memenuhi gelas-gelas itu dengan air pengetahuan n kemampuanmu. jd didalam kehidupan ada skala prioritas. km harus punya sesuatu yg paling km suka n km minati. km boleh mendalami sesuatu, tp km harus punya ssuatu yg paling menonjol, entah km pinter dagang, debat, diplomasi, dll. gtu.
BalasHapus