Di tengah desas-desus ingin mundurnya Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Najwa Shihab mendapatkan momentum yang tepat untuk membuka hati dan mata masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Surabaya pada khususnya akan keadaan cahaya harapan mereka itu. Dengan ketajamannya, Najwa Shihab berhasil menguak rahasia terdalam dari Ibu Risma (panggilan akrab Tri Rismaharini) dan membaginya kepada kita semua. Bagi kita yang selama ini mengenal Ibu Risma sebagai sosok yang kuat, tegas, tegar, dan pemberani, tentu kita akan terkejut dengan tetesan arti mata yang keluar di tengah wawancara eksklusif tersebut.
Tekanan politik
Lulusan ITS ini sebenarnya tidak memiliki latar belakang politik yang begitu kuat. Ibu Risma memainkan perannya sebagai Walikota murni menggunakan hati nuraninya tanpa memikirkan strategi politik. Baginya menjadi Walikota adalah amanat besar dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Tuhan di alam baka kelak. Dengan sifatnya yang religius, Ibu Risma telah mendapatkan banyak sekali 'pencerahan' untuk menunaikan tugasnya. Beberapa kebijakan yang kontroversial tidak luput dari sifat religius dan sifat seorang ibu. Di mulai dari pengecekan jalannya proyek, penutupan lokalisasi, hingga permasalahan di Kebun Binatang Surabaya. Mengandalkan pendekatan pribadi terhadap objek yang akan mendapatkan dampak utama dari kebijakan yang akan dikeluarkannya, Ibu Risma berhasil menangkis banyak kritik. Meskipun begitu, masih banyak yang belum dapat menerima caranya untuk mencapai tujuan utamanya sebagai Walikota Surabaya, yakni menyejahterakan segenap penduduk kota pahlawan.
Tiga tahun telah berlalu di masa pemerintahan Ibu Risma yang pertama. Kendati demikian, Ibu Risma sudah harus menghadapi badai tekanan politik yang kuat dari segala sisi. Ketegasannya untuk menolak pembangunan jalan tol di Surabaya telah membuka sifat asli para politikus materialis yang selama ini bersembunyi di belakangnya. Padahal cita-citanya menolak jalan tol sesederhana agar masyarakat Surabaya tidak perlu membayar untuk bisa memakai jalan gratis yang dibangun oleh pemerintah. Lobi dan tekanan politik terus mengejar Ibu Risma hingga tetes terakhir air matanya. Sekarang, keadaan cahaya harapan masyarakat Surabaya itu sudah berada di ujung tanduk.
Mundur untuk menang
Sebagai seorang wanita, Ibu Risma tidak bisa terlepas dari kerapuhan emosi. Meski terkenal dengan keberanian dan ketegasannya, Ibu Risma tetaplah seorang ibu dan seorang istri yang juga memiliki keluarga. Najwa Shihab berhasil menggali kegelisahan Ibu Risma di wawancara eksklusifnya dengan membuatnya mengatakan, "Saya sudah memberikan semua yang saya punya untuk masyarakat Surabaya." Dalam kata lain, Ibu Risma sebenarnya menunjukkan betapa apa-apa yang sudah beliau korbankan tidak kunjung terbayar dan sedang mengalami krisis kepercayaan bahwa apa yang selama ini diyakininya benar apakah memang benar-benar setimpal.
Memang sangat disayangkan ketika seorang pemimpin ideal yang muncul ketika krisis kepercayaan terhadap pemimpin menghampiri negeri ini dihinggapi sebuah pertimbangan untuk mundur. Seluruh masyarakat Indonesia tahu seberapa besar masyarakat Surabaya mencintai Walikotanya, cahaya harapannya. Namun sangat disayangkan ketika yang terjadi adalah demonstrasi untuk melarang Ibu Risma mundur. Mungkin ini bisa dimengerti karena dukungan yang sifatnya lebih elegan dengan menggunakan media sosial Twitter tidak begitu berpengaruh terhadap stance bimbang yang masih hinggap di benak Walikota Surabaya. Tetapi, dukungan yang diperlukan oleh Ibu Risma sekarang sebenarnya berasal dari keluarganya, dan orang-orang terdekat yang dipercayai oleh Ibu Risma. Karena sejak awal, merekalah yang menyemangati Ibu Risma dan mendampinginya menjejakkan kaki di arena kotor politik untuk bisa membersihkan debu-debu yang selama ini menyelimuti kota Surabaya.
Ibu Risma layak mendapatkan kebahagiaan atas apa yang telah ia lakukan kepada kota Surabaya. Jika ia bahagia bisa melayani masyarakat Surabaya, yang katanya, 'menggantungkan harapan' kepadanya, maka sudah sebaiknya Ibu Risma meneruskan perjuangannya hingga akhir masa jabatan. Namun jika baginya mundur adalah pilihan yang tepat, sudah seharusnya sebagai seseorang yang mencintai pemimpinnya kita menghormati keputusan tersebut. Berikan Ibu Risma ruang untuk bernafas, berpikir, dan biarkan ia melepas rindu terhadap keluarganya yang selama ini ia titipkan kepada Tuhan untuk dapat menjalankan tugas sebagai seorang Walikota. Ibu Risma tetaplah seorang manusia, seorang istri, dan seorang ibu yang layak mengejar kebahagiaannya, seperti kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar