Sudah kedua kalinya saya melihat film "Life of Pi", namun hati ini masih penasaran dan senang dengan cerita yang disajikan. Bagi beberapa teman memang sangat kurang afdol kalo saya belum membaca novelnya, tapi saya sudah keburu senang dengan filmnya dan malas membaca novelnya karena sudah tahu sebagian besar isi cerita jadi saya engga membacanya.
Kisah tentang seorang anak India yang terdampar di tengah lautan Pasifik bersama seekor harimau bernama Richard Parker ini menggugah kembali hati dan pikiran saya mengenai Tuhan. Dengan diselimuti oleh pengalaman-pengalaman ajaib Pi, saya melihat mukjizat dan harapan dari Tuhan. Pi, seorang penganut tiga agama (Hindu, Kristen, dan Islam) masih mencari arti kebenaran Tuhan dalam hidupnya hingga mengalami tragedi terdampar tersebut.
Bagi saya, kisah ini sangat penuh dengan makna religius. Perkenalan Pi dengan ketiga agama membuka kembali pemikiran saya bahwa agama diperkenalkan oleh manusia, karena itu sampai kapanpun kita tidak akan pernah tahu arti sebenarnya dari agama. Meskipun terkesan mengembalikan kembali keyakinan kita mengenai Tuhan dan agama, kisah ini memberikan pemikiran yang mendalam mengenai kepercayaan. Karena pada akhirnya pilihan akan jatuh ke tangan kita, kita memilih untuk percaya atau tidak?
Perkataan Pi mengenai iman benar-benar menusuk saya. Secara garis besar mungkin seperti ini, "Iman adalah sebuah bangunan yang penuh dengan ruangan, yakni agama. Terserah kepada setiap individu di ruangan mana mereka akan menempa iman mereka. Dan keraguan tentu selalu ada di setiap lantainya. Keraguan sangat berguna untuk tetap membuat iman hidup dalam diri kita"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar