Malam ini aku teringat kisah dari seorang teman, mengenai dua orang penulis yang tinggal dalam satu apartemen, sebut saja Yorlov dan Novacech. Singkat cerita mereka berdua adalah penulis ternama satu genre yang sama di kota yang mereka tinggali. Saban hari mereka sibuk dengan rutinitas masing-masing sampai-sampai tidak pernah berbicara satu sama lain. Ya, maksimal hanya tegur sapa.
Suatu hari Yorlov diundang untuk acara bedah buku karyanya sendiri di suatu universitas. Seorang mahasiswa bertanya, "Tuan, apakah benar Anda tinggal satu atap dengan penulis ternama Tuan Novacech?". Dengan wajah serius Yorlov menjawab, "Ya, kenapa?". Ternyata si mahasiswa ini ingin bertanya mengenai kritikan Yorlov terhadap karya-karya Novacech. Tanpa ragu Yorlov langsung menghantam mahasiswa itu dengan segala kritikan yang selama ini telah dia simpan untuk karya-karya Novacech. Di waktu dan tempat yang berbeda, Novacech juga menghadiri acara bedah buku karyanya dan hal yang sama terjadi. Kritikan-kritikan pedas untuk karya-karya Yorlov tertumpahkan saat itu juga.
Berita menyebar mengenai kritikan-kritikan yang dilemparkan oleh keduanya untuk masing-masing. Kemudian apa yang terjadi? Yorlov dan Novacech meningkatkan intensitas interaksi mereka berdua. Jika Yorlov memiliki makanan lebih, maka dia akan menaruh di meja dapur dan memberikan memo untuk Novacech, "Ambil saja". Begitu juga sebaliknya. Ada perasaan menghargai yang sangat dalam tumbuh di diri keduanya. Siapa yang sangka kritikan-kritikan yang tak pernah secara langsung terlontarkan dapat mengakrabkan mereka?
Meskipun demikian, kisah ini tak berakhir bahagia. Mereka terus melakukan interaksi seperti itu hingga akhir hayat keduanya. Maklum, penulis zaman itu memang sedang tren tidak membangun keluarga (menikah dan punya anak) tetapi lebih memilih hidup sendiri. Tapi yang terindah adalah ketika keduanya saling bertukar kata pengantar untuk karya terakhir mereka, mereka saling jujur untuk memberikan penghargaan dan pengaguman satu sama lain.
Aku tak ingin itu terjadi dalam hidupku. Aku ingin kau tahu bahwa aku mengagumimu. Aku bersyukur bisa bertemu denganmu karena aku bisa belajar banyak darimu. Baik dari kelebihanmu ataupun kekuranganmu. Kita telah melalui masa-masa yang menyenangkan (meskipun tidak semuanya) kendati kita berbeda pandangan. Kita telah mengambil jalan yang berbeda, saling bertentangan namun memegang semangat yang sama, semangat kekeluargaan. Semangat yang mungkin belum kita turunkan untuk penerus kita. Terima kasih, semoga langkah hidupmu terus diwarnai oleh kebaikan yang kau anut. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar