Aku akan selalu ingat bagaimana kalian menyapaku setiap pulang sekolah, setiap pulang dari bermain, ataupun setiap pulang dari melarikan diri. Pintu putih itu akan selalu sama berdiri disitu, di tempat yang tak satu manusia pun akan kuizinkan untuk memindahkannya. Jamku telah menunjukkan pukul empat pagi ketika aku sampai pada titik merenungi tujuh tahun kehidupanku di sini. Aku rasa ini akan menjadi sapaan terakhirku.
Tak akan lama lagi kursi-kursi itu akan berpindah. Lemari-lemari itu, buku-buku itu, kasur-kasur itu, meja-meja itu, dan jiwa-jiwa para penghuninya juga akan berpindah. Aku rasa aku telah sampai pada titik puncak kelelahanku. Melihat sekali lagi memori itu berputar di otakku sembari memainkan sedikit lagu melankolis di hati rasanya tak kuat jiwa ini. Tapi jika tak begitu, aku tak akan bergerak dari sini.
Rasanya aku akan memasuki babak baru dalam hidup. Tapi aku tak mau hidupku seperti rangkaian film "Failure to Launch", aku ingin rumahku sendiri dimana aku dapat merenung, dimana aku dapat hidup. Waktuku cepat atau lambat akan tiba, begitu juga waktumu, dan kamu.
Aku tak ingin kamar baru, Ayah. Aku tak ingin ruang baca baru ataupun taman baru yang bisa kita gunakan untuk menghabiskan waktu bersama. Aku tak ingin membangunkanmu di kala aku harus lembur meneruskan malam yang singkat. Aku tak akan ada di dekatmu untuk selamanya. Rasanya kau mengerti itu, kau hanya inginkan yang terbaik bagi kami. Tapi aku tak bisa. Cukup sudah aku membebanimu. Untuk tahun depan dan kedepannya lagi, aku akan sering bermain ke "rumah". Tempatmu, Ibu, dan Adik menghabiskan waktu merajut mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar