Untuk tuan putri yang telah mencuri hatiku kesekian kalinya,
Dia begitu manis kulihat dari seberang jendela, berjalan anggun tanpa memperhatikanku. Ketika kututup jendela itu, aku sadar bahwa aku takkan pernah tahu apakah aku bisa mendapatkannya.
"Dulu kenapa ya kita bisa putus?" tanyaku sambil memperhatikan jalanan.
"Gak tau, lupa" jawabnya santai sambil bermain dengan telepon genggamnya.
Pertanyaan yang terus kuulang, namun aku sudah tahu jawabannya. Aku hanya ingin mendengarnya langsung dari mulutnya yang manis. Apakah kau ingat, benci, atau malah menyegarkan ingatanmu akan masa-masa bahagia kita? Ah, mungkin itu hanya sekilas bagian hidup yang perlu dibuang dan diganti oleh yang baru baginya.
Sudah menjadi kebiasaan burukku mendekati wanita seenaknya. Mendekati yang terluka kemudian melukainya lagi. Atau yang lebih buruk lagi, mendekati mereka yang ceria dan meninggalkan sedih. Kenapa begitu? Aku sendiri tak tahu.
"Apa kau mau menikahiku?" tanyaku bergurau.
"Ya" jawabnya singkat membuat hatiku meledak.
"Ya" jawabnya singkat membuat hatiku meledak.
Alasannya tak menjadi hal yang penting bagiku, karena kau mungkin berbohong kepadaku. Aku dan dia tak berbeda, kita merajut harapan di ruang yang gelap. Dia pandai menyimpan kejujuran dan pandai membuat hati lelaki bahagia.
Tak pernah aku merasakan hal seperti ini dengan wanita lain. Penasaran, senang, rindu, cemburu, benci, dan palsu menjadi satu. Cinta yang dibentuk oleh es dan api, begitu dingin namun hangat. Kita bermain di sebuah hutan yang tak berbatas, tanpa pagar. Kita berkejar-kejaran, menghindari satu sama lain, namun hati ingin tahu sambil bersembunyi di balik pepohonan, rindukah ia? Masihkah ia mencari? Perasaan yang tak akan pernah bisa kudustai, rindu. Rindu wajahnya yang manis, dan dingin tangannya akan selalu menghantui pikiranku di kala sendiri.
Aku takkan pernah tahu perasaannya dan keinginannya. Karena ia tak akan pernah mengizinkanku membuka pintu hatinya yang tertutup. Mungkin aku tak akan pernah mendengarnya dari mulut manisnya, kata sakral yang diucapkan setiap manusia kepada kekasihnya, "Aku cinta padamu".
bahagialah kamu tanpa hati yang terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar