Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Seharusnya hal ini memberikan rasa toleransi yang tinggi di antara masyarakatnya, lalu mengapa kita masih sering mendengar berita mengenai konflik agama di sekitar kita? Jawabannya karena kita masih merasa nyaman dalam lingkaran komunitas agama kita dan enggan melakukan interaksi/hubungan dengan orang di luar lingkaran komunitas agama kita. Ashutosh Varshney, seorang peneliti politik pernah berkata bahwa ketegangan antar umat agama sebenarnya dapat dikurangi dengan meningkatkan intensitas interaksi di antara mereka. Oleh karena itu, merupakan suatu kesempatan sekaligus kewajiban bagi pemuda Indonesia untuk menjaga harmonisasi bangsa dengan menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput.
Harus Dimulai dari Pemuda
“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya! Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!”, begitulah ucapan Soekarno dalam menggambarkan betapa hebatnya kemampuan pemuda dalam mengubah dunia. Pemuda Indonesia sejak dulu telah memiliki peran penting dalam memajukan bangsa ini dan sekarang pun pemuda masih memiliki peranan dalam mewujudkan serta menjaga harmonisasi bangsa, khususnya dalam menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput. Pemuda memiliki peluang yang dapat digunakan dan dioptimalkan untuk melakukan hal tersebut. Kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap pemuda dan banyaknya akses yang dimiliki pemuda untuk memperluas wawasannya merupakan beberapa dari banyaknya peluang yang dimiliki oleh pemuda untuk menggiatkan dialog lintas agama.
Indonesia memiliki lebih dari 30 organisasi/komunitas yang digerakkan oleh pemuda. Organisasi-organisasi tersebut bergerak di berbagai bidang yang berbeda-beda namun secara garis besar memiliki tujuan yang sama, yakni memajukan bangsa Indonesia. Selain dari organisasi, institusi pendidikan seperti universitas pun ikut memberdayakan pemuda melalui berbagai macam aktivitas. Badan Eksekutif Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa berbagai universitas di Indonesia melalui berbagai macam program kerjanya mulai bersentuhan langsung dengan masyarakat. Bahkan di beberapa universitas tertentu dengan adanya program KKN (Kuliah Kerja Nyata) menjadi bukti nyata kontribusi pemuda kepada masyarakat Indonesia. Dengan seluruh program dan kegiatan yang telah berlangsung, baik yang dampaknya telah terasa maupun belum terasa oleh masyarakat luas, kepercayaan masyarakat terhadap pemuda secara perlahan terus meningkat. Ditambah lagi tren yang sedang marak di tengah masyarakat Indonesia, yakni menyusutnya kepercayaan masyarakat terhadap elit politik yang diwakili oleh partai politik, membuat masyarakat menumpahkan kepercayaannya kepada pemuda.
Pemuda, khususnya mahasiswa, memiliki akses yang tak terbatas untuk memperluas wawasan mereka dewasa ini. Internet dan beasiswa menjadi contoh nyata yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari pemuda. Internet membebaskan siapapun untuk dapat mengakses berbagai sumber ilmu pengetahuan menembus batasan negara. Dan beasiswa, selain mempermudah pemuda dan keluarganya dalam pembiayaan pendidikan, juga dapat memperluas wawasan pemuda mengenai toleransi dan memahami kehidupan masyarakat di negara lain melalui beasiswa program pertukaran pelajar antar negara maupun konferensi internasional yang nantinya diharapkan dapat menjadi solusi alternatif berbagai macam persoalan yang ada di Indonesia.
Dengan mengoptimalkan peluang yang ada, pemuda dapat menggiatkan dialog lintas agama. Kepercayaan masyarakat terhadap pemuda yang tinggi seharusnya membuat pemuda dapat meyakinkan masyarakat bahwa dialog lintas agama adalah sesuatu yang harus dilakukan demi menjaga harmonisasi bangsa. Sedangkan akses yang tak terbatas untuk memperluas wawasan membuat pemuda dapat mengsosialisasikan kepada masyarakat tentang apa yang sebaiknya perlu dilakukan untuk mengatasi konflik antar agama dan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk menggiatkan dialog lintas agama.
Bukan Halangan, Namun Tantangan
Selain peluang, pemuda juga memiliki tantangan untuk menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput. Tantangan yang ada bukan berarti menjadi sebuah halangan, namun menjadi kesempatan untuk pemuda mengembangkan serta mengoptimalkan potensi dirinya. Beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pemuda dalam usahanya menggiatkan dialog lintas agama adalah kesadaran dan keinginan pemuda itu sendiri untuk melakukannya, pola pikir masyarakat yang lebih menyukai keadaan apa adanya ketimbang perubahan, dan isu agama yang bersifat sangat sensitif dan tabu. Tantangan-tantangan ini haruslah dipandang sebagai sebuah batu loncatan bagi perkembangan pemuda dan bangsa Indonesia, karena dengan adanya tantangan-tantangan inilah pintu kesempatan untuk berubah menjadi individu serta bangsa yang lebih baik lagi terbuka lebar di depan mata kita.
Inge Amundsen berbicara mengenai political will/keinginan politik sebagai dasar untuk melakukan perubahan dalam konteks memerangi korupsi. Kita dapat belajar satu hal yang penting dari Amundsen, yakni will/keinginan. Segala macam perubahan harus dimulai dari diri sendiri dan perlu ada keinginan yang besar untuk melakukannya, begitu juga dalam usaha menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput. Pemuda harus mengerti betul keadaan yang ada sekitar mereka sekarang ini, dan segera mengumpulkan niatnya untuk melakukan perubahan. Sayangya, gelombang globalisasi telah menggerus kepedulian pemuda terhadap lingkungannya. Banyak pemuda yang menjadi sangat individualistik dan tidak peduli terhadap isu yang beredar di sekitar mereka. Untuk itu, tantangan pertama yang harus dijawab oleh pemuda dalam menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput adalah untuk mengumpulkan niat/keinginan mereka agar lebih peduli, lebih memahami, dan mau bergerak.
Merubah pola pikir/mindset masyarakat adalah hal yang telah diakui banyak orang sulit, namun masih mungkin untuk dilakukan. Masyarakat cenderung merasa nyaman dengan keadaan yang ada ketimbang menerima gerakan perubahan yang dapat mengancam kenyamanan kondisi mereka saat ini. Meskipun begitu, argumen tersebut belum tentu berlaku di seluruh golongan masyarakat. Biasanya pendidikanlah yang menjadi faktor utama diterimanya gerakan perubahan dengan baik di tengah masyarakat. Avadhesh Agrawal menjelaskan dengan sangat baik bagaimana merubah pola pikir seseorang itu bisa menjadi sangat sulit ataupun sangat mudah. Agrawal percaya bahwa pola pikir positif dapat menangani perubahan pola pikir dengan mudah. Sedangkan pola pikir yang negatif akan mempersulit perubahan pola pikir. Untuk merubah pola pikir masyarakat, pemuda harus membawa pola pikir yang positif dan memang ditujukan untuk perubahan yang lebih baik. Berawal dari sana, pemuda dapat menarik masyarakat menuju pola pikir baru yang lebih terbuka dan toleran. Cara penyampaian juga menjadi kunci kesuksesan dalam merubah pola pikir masyarakat yang tidak boleh terlupakan.
Agama merupakan isu yang sensitif dan tabu untuk dibicarakan tidak hanya di Indonesia, namun di dunia. Agama adalah doktrin tertua di dunia yang menjadi fondasi utama kehidupan banyak manusia. Karen Armstrong dalam seminarnya di TED (sebuah organisasi yang bertujuan mengundang orang-orang yang ahli dalam bidangnya untuk menyampaikan pemikirannya ke masyarakat umum) menjelaskan permasalahan dialog lintas agama terletak di rasa toleransi para pemeluk agama. Agama merupakan pena yang menentukan hitam dan putih lembaran kertas kehidupan manusia, dimana benar dan salah adalah dua hal yang pasti dan dapat dipisahkan. Dialog lintas agama seharusnya berpusat kepada pembangunan rasa toleransi antar agama dan pembahasan ruang abu-abu yang belum terlihat di dalamnya.
Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh pemuda untuk menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput membuka kesempatan bagi pemuda dan bangsa Indonesia untuk maju menjadi negara yang lebih baik lagi. Kesadaran dan keinginan dari pemuda sendiri merupakan tantangan pertama yang perlu dijawab oleh pemuda. Perubahan pola pikir masyarakat menjadi tujuan utama pemuda dalam menggiatkan dialog lintas agama. Dan terakhir, dialog mengenai agama itu sendiri merupakan tantangan yang perlu dilewati. Mengangkat isu agama menjadi isu yang tidak lagi sensitif dan tabu menjadi langkah awal membangun toleransi antar umat beragama dan harmonisasi bangsa.
Pemuda Bertindak, Negara Bergerak
Pemuda memiliki berbagai macam peluang dan tantangan dalam menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput. Kesadaran generasi muda akan toleransi antar agama harus terus digalakkan demi harmonisasi bangsa di masa depan. Melalui berbagai macam cara pemuda dapat menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput, dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah. Terakhir, mengutip perkataan Karen Armstrong dalam seminarnya di TED:
“...saat dimana ideologi tidak mampu memunculkan rasa akan pemahaman global dan sikap saling apresiasi secara global mengalami kegagalan saat ini, agama harus dijadikan sebagai pendorong harmoni dunia, dan memang mampu menjadi demikian karena adanya etika timbal balik: “Jangan lakukan pada orang lain apapun yang kamu tidak ingin orang lain lakukan terhadap kamu”. Sebuah etos yang harus diterapkan secara global... Saya pikir inilah saatnya kita bergerak bukan sekedar demi toleransi, tetapi bergerak menuju apresiasi terhadap orang lain.”
Sudah saatnya bagi pemuda untuk bertindak, menggiatkan dialog lintas agama di kalangan akar rumput untuk mewujudkan harmonisasi bangsa dan turut serta berperan aktif dalam harmonisasi dunia. Semua dimulai dari sini, menggiatkan dialog lintas agama di sekitar kita: keluarga kita, teman-teman kita, dan lingkungan kita. Dimulai sejak sekarang, sejak detik ini, sejak Anda selesai membaca tulisan ini. Jika pemuda bertindak menuju arah yang lebih baik, maka tentu negara akan bergerak ke arah yang lebih baik.
REFERENSI
Sumber dari buku:
Agrawal, A., Throw Away Your Thoughts and Change Your Life: A Spiritual Journey, AuthorHouse, Bloomington, 2012.
Amundsen, I., Political corruption: An Introduction to the Issues, Chr. Michelsen Institute, Bergen, 1999.
Varshney, A., Ethnic Conflict and Civic Life: Hindus and Muslims in India, Yale University Press, New Haven.
Sumber dari internet:
Armstrong, K., ‘Karen Armstrong makes her TED Prize wish: the Charter for Compassion’, TED, 2008, diakses 10 April 2012.
Cahyono, H., J., ‘Puluhan komunitas sosial luncurkan Forum Jogja Peduli’, ANTARANEWS, 3 Maret 2013, diakses 9 Maret 2013.
Sasmita, I., ‘Pemilu 2014, Kepercayaan Rakyat ke Parpol Menyusut’, Republika Online, 20 Februari 2013, diakses 3 April 2013.
N.B:
Dibuat untuk mengikuti Lomba Karya Tulis (LKT) mengenai Dialog Lintas Agama 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Februari 2013 lalu.