26/12/11

A Princess and A Gypsy Boy

Suatu hari di sebuah kerajaan yang entah berantah tinggal seorang putri raja yang cantik jelita. Sang putri sangat dekat dengan ayahnya sang raja, sang raja juga sangat menyayangi putrinya. Suatu ketika, sang raja menyuruh abdi kerajaan untuk mengajarkan sang putri berkuda. Sang putri harus bisa berkuda agar ia bisa berjalan-jalan dengan cepat kemanapun, memudahkannya berkeliling kerajaan dan mengenal rakyatnya.

Satu-dua hari sang putri diajarkan dasar-dasar berkuda, hingga akhirnya ia mahir dan dapat berkuda sendiri. Sang putri sering kali berkuda ke tengah hutan, karena sepi dan sunyi. Arus sungai yang jernih dan suara burung yang merdu juga menjadi alasan bagi sang putri untuk bermain ke tengah hutan. Hingga suatu hari ketika sang putri tengah berkuda, ia melihat segerombolan gypsy berkemah di hutan. Sang putri sangat tertarik dengan gerombolan gypsy ini. Mereka berbicara sangat cepat dan gerak-gerik mereka aneh, tidak seperti orang biasanya. Sang putri menganggap ini sebagai hal yang lucu dan tidak berbahaya. Ia pun mendekati gerombolan gypsy ini, dan berkenalan dengan mereka.

Tanpa disadari, sang putri tertarik dengan salah satu dari mereka. Dan mereka pun menjalin hubungan yang istimewa. Setiap kali sang putri berkuda ke tengah hutan, lelaki gypsy ini memperkenalkan hal-hal yang menjadi ciri khas kaum gypsy. Mereka bersenda gurau, tertawa bersama, dan menghabiskan waktu dengan riang. Sang putri pun sangat senang, tetapi setiap kali matahari terbenam, ia harus kembali ke kastil atau ayahnya akan marah. Berkali-kali lelaki gypsy ingin mengantarnya pulang tetapi tidak diizinkan oleh sang putri. Sang putri bercerita kepada ibunya, sang ratu, tentang lelaki gypsy ini, tetapi tidak kepada ayahnya. Sang ratu sangat penasaran, karena ia sendiri belum pernah bertemu dengan kaum gypsy.

Hingga suatu hari sang putri dengan sangat gembira datang ke perkemahan lelaki gypsy itu dan berkata bahwa ayahnya sedang tidak di kastil. Ia pun mengajak lelaki gypsy itu untuk datang ke kastilnya untuk bertemu dengan ibunya. Dan lelaki gypsy berjanji untuk datang ketika matahari sudah setinggi ujung tombak dilihat ke arah Barat. Ia pun menepati janjinya. Mereka pun makan malam bersama di kastil. Sang putri dan lelaki gypsy terus bersenda gurau dan tertawa, tetapi ratu tidak mengerti satu pun hal yang mereka ucapkan, karena mereka berbicara sangat cepat.

Keesokan harinya ketika sang raja pulang ke kastil, sang ratu bercerita tentang bagaimana anak mereka sangat akrab dan bahagia bersama lelaki gypsy ini. Sang raja murka, bukan karena anaknya berkenalan dengan kaum gypsy, tetapi karena menjalin hubungan yang istimewa dengan salah satu dari mereka. Sang raja ingin agar anaknya dekat dengan seorang pangeran dari golongan bangsawan, bukan lelaki dari kaum gypsy. Sang putri pun sedih mendengar ini. Ia mencoba menyembunyikan hal ini dari lelaki gypsy. Hari demi hari, mereka menjadi jarang bersenda gurau. Sang putri pun menjadi jarang keluar kastil untuk berkuda agar ayahnya tidak marah. Dan lelaki gypsy pun menjadi bingung, ia bertanya tetapi tak pernah dijawab.

Suatu ketika sang putri diam-diam berkuda untuk menemui lelaki gypsy, tetapi ia dibuntuti oleh sang raja. Ketika mereka bertemu, sang raja pun menampakan dirinya dan memarahi sang putri. Sang raja kemudian mengusir gerombolan gypsy tersebut dari hutan wilayah kerajaannya. Sang putri menangis sangat keras, dan lelaki gypsy ini pun tak bisa berbuat apa-apa. Kaum gypsy memiliki ciri khas untuk berpindah tempat tinggal, dan lelaki gypsy memiliki rencana untuk mengajak sang putri lari dari kerajaan bersama dirinya dan ikut dalam gerombolan gypsy. Tapi ia tahu bahwa itu tindakan yang tidak benar. Kemudian lelaki gypsy merelakan sang putri untuk dibawa kembali ke kastil bersama ayahnya.

Keesokan harinya, sesaat sebelum gerombolan gypsy meninggalkan hutan, lelaki gypsy menerbangkan burung hantu kesayangannya ke kastil untuk memberikan surat kepada sang putri. Ketika burung hantu itu sampai di menara tertinggi kastil, tempat kamar sang putri, sang putri membaca surat dari lelaki gypsy yang mengatakan bahwa burung hantu ini diberikan kepada sang putri agar sang putri dan lelaki gypsy tetap bisa berkomunikasi karena burung hantu ini tahu kemanapun lelaki gypsy pergi. Sang putri pun sangat senang kendati dirinya dipenjara dalam kastil.

Hari demi hari mereka terus saling surat-menyurat. Lelaki gypsy selalu berpindah tempat dan dalam suratnya, ia selalu menuliskan keindahan tempat yang ia diami dan berkata ingin sang putri berada di sisinya untuk menikmati keindahan ini bersama dengan dirinya. Hingga suatu ketika lelaki gypsy menyadari sesuatu, ia tidak bisa terus menerus seperti ini. Ia hanya akan menyakiti sang putri jika terus seperti ini. Bukan kesedihan yang meliputi lelaki gypsy, melainkan ia menyayangkan sang putri yang tak akan pernah melihat indahnya dunia bersama dirinya.

23/12/11

Ibu

Aku ingin ibu disini, disisiku, di kota yang ramah dan lembut ini.

"Bangun nak, matahari sudah terbit. Jalankan amanah yang telah dititipkan kepadamu,"

Semua lelaki di dunia ini memiliki setidaknya dua orang wanita yang penting di hidupnya. Yang menjaga hatinya dan membesarkan hatinya. Ibu terkadang bisa merangkap keduanya.

Maaf bu, 2011 aku tak akan pulang. Januari aku berjanji berada di pelukmu.

12/12/11

Jubah Dewa Kematian

Katakan, apa yang akan kau lakukan jika kau tahu aku ini adalah dewa kematianmu?
Kalimat, kata, atau huruf apa yang akan keluar dari mulut manismu itu, sayangku?
Apa kau akan memakiku, atau kau akan menciumku dengan mesra?

Ketahuilah, aku datang untuk mengambil jiwamu.
Aku datang untuk mengambil mimpi-mimpimu.

Katakan, apa kau akan masih memujaku jika kau tahu aku ini adalah malaikat pencabut nyawamu?
Takutlah kepadaku, manisku.
Karena hidupmu tak akan pernah sama lagi semenjak kau memutuskan untuk mengenalku.

Tahukah kamu siapa aku?
Aku adalah cinta yang kau puja.