15/10/12

Paradoks Hidupku

Malam ini rasanya bulu kudukku merinding tidak karuan, brrrr! Bukan, bukan karena ada hal-hal gaib. Tapi karena dia. Dia yang aku dekati, aku ambil hatinya, aku cintai, dan aku rindukan.

"Jangan, aku kenal dengan dia" katanya.

Serentak aku merinding, keringat dingin tubuhku. Tak ada lagi rahasia, tak ada lagi privasi. Tembok-tembok itu telah runtuh. Diruntuhkan atau runtuh dengan sendirinya? Haruskah runtuh? Gawat! Inikah arti kesetiaan? Inikah arti cinta? Inikah rasa yang kelak akan menjadi-jadi ketika aku menikah? Ataukah ini arti dari obsesi? Oh tidak!

Aku mencintaimu, tapi aku ingin bebas. Ini masalahku yang tak pernah terselesaikan dari dulu. Aku melihat yang lain dengan pembenaran atas nama kebebasan. Aku terjebak, lagi. Dalam euforia menuju satu tahun, ini semakin menjadi-jadi. Apakah kau mengakses seluruh akun media sosialku? Apakah kau terus membuntutiku? Apa gerangan yang membuatmu seperti ini? Apakah kau tak lagi percaya padaku? Aku takut.

Ya, aku takut tak bisa mencintai yang lain. Aku takut pintu kesempatan yang diceritakan orang-orang itu akan tertutup selamanya, tapi aku juga takut kehilanganmu. Takut kehilangan seluruh perhatianmu dan seluruh cintamu.

Ini paradoks hidupku.

1 komentar: