21/10/12

Jokowi dan Jakarta

Jakarta sudah mendapatkan Gubernur barunya. Gubernur yang akan mengemban segudang masalah dan akan menjadi kambing hitam ketika sesuatu tidak berjalan sesuai ekspektasi masyarakat Jakarta. Jokowi yang jauh-jauh datang dari Solo saya pikir sudah mengetahui hal ini. Tingkat kesibukan, temperamen, dan ego masyarakat ibukota tentu jauh berbeda dengan masyarakat Solo. Apa yang bisa dilakukan oleh Jokowi dalam masa 5 tahun jabatannya sebagai Gubernur Batavia?

Indonesia merupakan negara berkembang atau sekarang masyarakat dunia lebih senang menggunakan efimisme late-comers country. Sebagai ibukota, Jakarta mempresentasikan keadaan Indonesia secara utuh. Ya, sangat utuh. Kesenjangan sosial, distribusi kekayaan yang tidak merata, ledakan penduduk, korupsi, semua ada di ibukota. Semua yang melanda Indonesia ada di Jakarta. Busung lapar? Kemiskinan? Kriminalitas? Apa lagi yang tidak ada di Jakarta? Kota yang hidup 24 jam ini tak lelah menghibur sekaligus menggerogoti jiwa-jiwa malang manusia yang ada di dalamnya.

Mulai dari lalu lintas
Saya pernah melihat sebuah kutipan yang sangat menggugah di internet: 

"A developed country is not a place where the poor have cars. It's where the rich use public transportation" -Mayor of Bogota

Dari sebuah kutipan yang sederhana ini, terlintas di pikiran saya, "Jokowi harus mulai dari permasalahan lalu lintas Jakarta". Berangkat dari asumsi awal saya mengenai Jakarta sebagai representasi Indonesia, jika Jokowi mampu mengubah Jakarta menadi lebih baik, maka Indonesia akan menjadi lebih baik. Salah satu permasalahan terbesar Jakarta adalah padatnya lalu lintas, membengkaknya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor, dan tidak efektifnya transportasi publik. Dan Jokowi harus bisa menyelesaikan masalah ini untuk menjawab doa-doa masyarakat Jakarta.

Yang tersulit dari penanganan masalah lalu lintas adalah bagaimana caranya membuat orang-orang kaya di Jakarta mempercayai dan menggunakan transportasi publik. Mempercayai dan menggunakan adalah dua hal yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan dalam hal ini. Pemerintah daerah (Pemda) Jakarta harus mampu membuat mereka percaya terlebih dahulu mengenai keamanan, kenyamanan, serta efektivitas transportasi publik. Ini bisa dilakukan dengan penayangan iklan serta sosialisasi yang gencar oleh Pemda kepada masyarakat Jakarta, terutama orang-orang kaya Jakarta atau mereka yang lebih suka menggunakan mobil pribadi. Bagi saya, TransJakarta belum bisa menjadi jawaban atas permasalahan ini. Jokowi harus mencari alternatif lain, dan semoga rencana Monorail dapat menjadi jawabannya. Sistem lalu lintas yang baik akan memudahkan seluruh kegiatan di ibukota.

Memanusiakan ibukota
Istilah memanusiakan ibukota yang sering dibicarakan oleh teman-teman saya, para pemerhati Jakarta, sudah menjadi bahan pembicaraan sehari-hari. Kesenjangan sosial yang sangat jelas terlihat di ibukota perlu diperhatikan oleh Jokowi. Jokowi harus bisa bersikap tegas dalam masalah ini. Banyaknya warga kota lain yang mengadu nasib di ibukota pasca lebaran selalu menjadi tradisi yang ada setiap tahun. Ini bukan berarti saya menyalahkan mereka yang mengadu nasib sepenuhnya, tetapi bagaimana Pemda menangani perpindahan penduduk ini yang perlu diwaspadai. Harus ada prosedur dan syarat yang jelas mengenai sistem "mengadu nasib" ini. Jokowi harus mampu mengatur arus perpindahan penduduk, baik yang keluar maupun masuk ke dalam ibukota.

Kepedulian masyarakat Jakarta yang terus menurun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk juga harus menjadi salah satu rencana kerja Jokowi. Memanusiakan ibukota berarti menyadarkan kembali masyarakat ibukota bahwa mereka adalah manusia yang harus bersosialisasi dan peduli satu sama lain. Tingginya tingkat kesibukan di Jakarta membuat masyarakatnya sangat egois dan menjunjung tinggi privasi. Mereka tidak mau diganggu oleh hal-hal sepele seperti rapat warga atau kerja bakti, dan uang selalu menjadi hal pertama yang mereka gunakan sebagai jawaban. Memang ini tidak akan bisa diselesaikan dalam jangka waktu dekat, melalui pendidikan, iklan, dan pendekatan oleh Pemda kepada masyarakat akan mampu menjadi jawaban yang tepat. Sebelum memanusiakan masyarakat ibukota, Jokowi harus mampu memanusiakan jajarannya.

Semangat Jokowi!
Permasalahan ibukota adalah representasi permasalahan negara. Roda ekonomi yang berputar di ibukota harus tetap dijaga untuk terus berputar sembari membenahi jalananannya yang rusak dan kotor. Saya percaya Jokowi membawa angin perubahan bagi Jakarta, tetapi saya tidak yakin beliau membawa angin perubahan yang baik saja. Seringkali kita menyelesaikan masalah dengan menciptakan masalah yang baru. Saya dan masyarakat Jakarta tentunya berharap banyak kepada sang Gubernur. Jangan pernah berhenti berharap selama kita percaya adanya Tuhan. Semangat Jokowi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar