21/04/12

Saya dan Tuhan

Akhirnya setelah lebih dari 1 semester saya membaca A History of God karya Karen Armstrong, selesai juga saya membacanya hingga halaman ke-499. Buku yang berat, sulit dibaca, dengan substansi yang padat dan bahasa yang sulit dimengerti. Secara keseluruhan, ini buku yang mengagumkan! Tulisan saya kali ini akan sangat dipengaruhi dan saya dedikasikan untuk buku tersebut.

Apa makna Tuhan bagi kita? Kita tercipta begitu berbeda sebagai manusia. Ada yang beragama Kristen, Yahudi, Islam, Buddha, Hindu, dan lain-lain. Dan tentunya pandangan tentang Tuhan bagi kita tidak ada yang 100% sama. Ya, tulisan ini akan bercerita mengenai makna Tuhan bagi saya beserta berjuta pertanyaan di benak saya tentang Mahkluk yang Maha Kuasa ini.

Buku A History of God dengan sangat cerdas menceritakan sejarah dan perspektif berbagai agama, terutama agama-agama monoteis, mengenai konsep Tuhan. Ada yang mengatakan bahwa Tuhan adalah segalanya, karena dia merupakan wujud kesempurnaan dari segala makna yang kita mengerti. Ada yang mengatakan bahwa Tuhan adalah ketiadaan, karena kita tidak pernah tahu seperti apa Ia sebenarnya dan segala bentuk pemikiran kita tentang-Nya tidaklah benar, karena Dia berbeda dan hanya tercipta sebagai Sang Tunggal. Dan bahkan ada yang mengatakan bahwa konsep Tuhan hanyalah rekayasa pikiran manusia untuk menjelaskan berbagai macam hal yang tak dapat dijelaskan oleh sains.

Menurut saya, Tuhan adalah cinta. Ia merupakan wujud kesempurnaan dari belas kasih dan kebebasan. Saya percaya bahwa Tuhan itu ada. Tapi seperti manusia lainnya yang memiliki rasa kecewa, seperti Karen Armstrong yang merasa tidak puas, saya sering mengajukan banyak pertanyaan yang tidak dapat terjawab dengan jawaban yang memuaskan mengenai Tuhan. Mengapa Tuhan ada? Darimana asal usul-Nya? Mengapa Dia menciptakan manusia? Kenapa Dia menciptakan konsep surga dan neraka? Kenapa Dia menciptakan dunia yang penuh dengan kesengsaraan? Benarkah Ia ada? Bukankah Dia mengatakan bahwa diri-Nya penuh dengan kasih sayang? Lalu kenapa Ia menciptakan neraka? Bukankah Ia bisa mengubah segalanya? Mengapa Ia mengizinkan iblis dan setan mengganggu manusia? Begitu banyak pertanyaan tanpa jawaban yang memuaskan.

Ada yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia karena efek berantai dari penciptaan dunia. Ia menghabiskan hampir seluruh kekuatan-Nya untuk menciptakan dunia dan seisinya. Maka dari itu keberadaan manusia ada agar mereka berdoa sehingga Tuhan mendapatkan kekuatan-Nya kembali. Teori ini agak aneh memang, tetapi saya sedikit banyak percaya. Banyak kasus yang dapat mendukung argumen ini. Kematian banyak manusia bisa dijadikan alasan utama. Mengapa Tuhan mengizinkan manusia saling membunuh? Apakah Tuhan memang sengaja membiarkannya? Berarti Dia tidak penuh dengan belas kasih. Atau apakah Tuhan memang tidak memiliki kemampuan untuk mencegah pembunuhan atau pembantaian tersebut?

Masih banyak pertanyaan dan keraguan saya tentang konsep Tuhan. Tapi seiring perkembangan zaman, saya berharap mendapatkan jawabannya. Karen Armstrong dengan cerdas menutup bukunya dengan kalimat penuh makna. Manusia tercipta dengan kemampuan beradaptasi, jika agama sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan manusia, maka agama dengan sendirinya akan terhapus. Manusia akan mencari jalan lain untuk mengisi kekosongan dan keragu-raguannya atas segala pertanyaan dan fenomena yang masih belum bisa terjawab oleh sains. Untuk saat ini, saya masih meyakini bahwa logika dan rasionalitas adalah penggerak utama roda kehidupan manusia, meski begitu, masih banyak hal yang tidak bisa dijawab dengan akal sehat. Saya masih percaya bahwa Tuhan itu ada tapi mungkin iman yang belum hadir di hati saya. Agama dan Tuhan bagi saya adalah sesuatu yang bersifat privasi, jadi jangan pernah sesekali menyinggungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar