03/05/14

Bukan Spiderman

Amazing Spiderman 2 memang menyajikan sesuatu yang berbeda dengan Spiderman sebelumnya ketika masih diperankan oleh Tobey Maguire. Dengan kenakalan Andrew Garfield saat mengenakan kostum Spiderman dan hadirnya Gwen Stacy yang diperankan Emma Stone memberikan warna baru untuk si manusia laba-laba. Tapi tulisan ini bukanlah untuk membuat review tentang film manusia laba-laba.

Salah satu sorotan yang paling tajam dari setiap kisah pahlawan super adalah hadirnya dua kehidupan yang berbeda dari keseharian sang pahlawan. Superman dengan Clark Kent-nya yang bekerja sebagai reporter, Spiderman dengan Peter Parker sebagai seorang remaja yang merintis menjadi fotografer, atau si millionaire Bruce Wayne yang memilih untuk mengamankan kota Gotham sebagai Batman. Tapi apakah hanya mereka yang memiliki dua kehidupan yang berbeda? Saya rasa tidak. Pernahkah kalian merasa bahwa kita ini memiliki hidup yang beragam? Minimal seperti para pahlawan super ini, kita punya dua kehidupan yang berbeda. Mengutip kata-kata bibi May, "terkadang kita menyembunyikan kehidupan kita, bahkan kepada mereka yang kita sayangi". Tapi kehidupan apa sebenarnya yang kita sembunyikan? Everybody have their own issues I think.

Be kind, for everyone you meet is fighting a hard battle
Kutipan dari Ian Maclaren mungkin bisa menjelaskan bagaimana seseorang memiliki dua kehidupan yang berbeda. Setiap orang mengalami pertarungan yang hebat dalam hidupnya setiap hari, setiap detik, dalam setiap keputusan yang mereka ambil. Kita pun demikian saya rasa. Seseorang bisa saja sangat ramah dalam satu pertemuan, namun mungkin dia tidak akan seramah itu dalam pertemuan-pertemuan lainnya. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dalam setiap detik hidupnya. Seperti halnya Spiderman bukan? He fought a very hard battle against the super-villains and no one know that he was only a teenager with the same problem like the rest of us.

Sometimes the person who tries to keep everyone happy is the most lonely people
Bagaimana sebuah senyuman itu bisa lahir mengalami proses yang rumit. Senyuman, sebuah hal sederhana yang dapat menyebarkan kebahagiaan ternyata memiliki dilemanya sendiri dengan tangis yang disimpan oleh setiap pemiliknya. Sebagai manusia, kita adalah makhluk hidup yang cukup egois. Kita ingin orang lain untuk menghargai kita, mengerti akan kesedihan dan keadaan kita, namun jarang untuk mencoba mau untuk sekedar lebih peduli dengan orang lain. Kita cenderung senang untuk ditanya ketimbang bertanya, sekedar bertanya "ada apa?" atau "bagaimana kabarmu?". Kita lupa bahwa kita perlu mendengar sebelum didengar. Kita terus ditekan oleh sekitar kita, menjadikan kita pribadi yang semakin individualistis. Lelah dengan keluhan sedang senyuman harus terus terpajang di wajah.

Pada akhirnya, kita semua adalah para pahlawan super minus kekuatan super bukan? Kita memiliki sisi-sisi kehidupan yang disembunyikan. Kita juga harus menjaga perasaan tiap-tiap orang dengan menimbang perasaan kita sendiri. Semakin kita hidup, semakin rumit kehidupan.

"The loneliest people are the kindest. The saddest people smile the brightest. The most damaged people are the wisest. All because they do not wish to see anyone else suffer the way they do."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar