15/09/13

Raja Midas

Katakan padaku, apakah dia berdosa? Dia hanya meminta apa yang telah ditawarkan oleh dewa. Dia meminta emas, seperti yang semua manusia impikan. Dia tidak naif, tapi hanya sedikit serakah. Apakah itu hukuman? Atau itu hanyalah hiperbola para penyair Yunani yang ingin dikenang seumur hidupnya?

Midas yang senang hatinya, Midas yang terkutuk takdirnya. Kau begitu tidak beruntung di hadapan sejarah manusia dan dewa. Kau meminta tangan manusiamu agar bisa mengubah semua menjadi emas. Kau ubah piring-piring dan gelas-gelas, satu per satu dengan sentuhan yang lembut menjadi emas, tapi kau tak puas. Kau sentuh lantai dan dinding-dinding istanamu, terlapis oleh emas dalam seketika. Namun kau lupa dengan konsekuensi yang Dionysius telah tegaskan, "semua akan menjadi emas". Istri dan keturunanmu menjadi korban konsekuensi nyata sang dewa.

Apakah itu semua hanya bermula dari niat baikmu memberikan anggur terbaik untuk si pemabuk? Atau itu memang hanya lelucon buatan para dewa untuk membuatmu terkutuk? Manusia dan dewa tak ada bedanya, kita semua suka bercanda. Ah, Midas, kau adalah legenda keserakahan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar