09/05/12

Para Monster, Dewa, dan Alat Ajaib

Suatu hari, hiduplah 4 monster raksasa di suatu pegunungan. Mereka tidak bisa hidup rukun, selain karena mereka memiliki ukuran yang besar, mereka juga memiliki kebiasaan yang aneh.

Yang paling tua, berwarna abu-abu, sukanya berpergian dan menyendiri, jika diganggu dia akan mengamuk. Yang kedua, berwarna ungu, sukanya berbicara tetapi tidak mau mendengar. Yang ketiga, berwarna hijau, sukanya makan apa saja. Dan yang paling kecil, berwarna merah, sukanya tidur.

Suatu ketika saat mereka bertengkar, turunlah seorang dewa. Dewa itu memarahi mereka karena seringkali saling bertengkar satu sama lain. Untuk mencegahnya, maka sang dewa memberikan masing-masing monster tersebut sebuah alat ajaib. Yang tertua diberikan sebuah gelas ajaib yang berisi air berbagai macam rasa buah. Jika habis, maka akan dengan sendirinya terisi kembali dengan rasa buah yang berbeda. Yang berwarna ungu, diberikan bantal yang barang siapa memakainya maka dia tak akan bisa tidur. Yang berwarna hijau diberikan sebuah gulungan perkamen yang berisi kata-kata bijak. Dan yang paling kecil, diberikan sebuah cermin yang bisa melihat kemauan seseorang.

Selepas perginya sang dewa, monster-monster tersebut mencoba alat-alat ajaib tersebut. Yang tertua membawa gelas itu kemanapun dia pergi, suatu ketika dia haus dan meminumnya. Lalu dia berpikir, gelas ini akan jauh lebih bermanfaat apabila diberikan kepada adiknya yang suka makan. Yang berwarna ungu tidak suka dengan bantal tersebut, karena baginya tidak ada manfaatnya sama sekali. Dia pikir akan lebih baik jika diberikan kepada adiknya yang tukang tidur. Yang berwarna hijau malah bingung dengan makna kata-kata yang ada di gulungan perkamen, karena dia tidak punya petunjuk maka ia meminta kakak tertuanya untuk menjelaskan kepadanya arti dari setiap kata-kata tersebut. Dan yang terkecil tidak peduli dengan cerminnya, dia tetap tidur dengan pulas.

Ketika yang tertua kembali ke pegunungan untuk menemui sang adik yang berwarna hijau, dia memberikan gelasnya. Sang adik kemudian meminumnya terus, terus, dan terus. Karena sibuk meminumnya, ia menyadari bahwa ia tidak lagi lapar. Dan ketika ia sadar, ia berhenti meminumnya dan memeluk kakaknya. Dia pun meminta kakaknya untuk menjelaskan arti kata-kata bijak yang ada di gulungan perkamennya. Sang kakak yang terbiasa menyendiri dan memaknai berbagai macam fenomena alam, mengerti betul kata-kata bijak tersebut. Seiring dengan menjelaskannya kepada adiknya, sang kakak menjadi tahu akan arti kebijaksanaan.

Sedangkan yang berwarna ungu dengan kesal membawa bantalnya kepada adiknya yang berwarna merah. Dengan diam-diam, si kakak mengangkat kepala adiknya dan menaruh bantalnya dibawah kepala sang adik. Terbangunlah si kecil dari tidurnya. Tetapi karena malas, dia tetap merebahkan tubuhnya tetapi tidak dapat tidur. Sedangkan kakaknya yang tertawa melihat adiknya yang malas, tidak sengaja menengok ke cermin ajaib milik adiknya. Saat dia melihat cermin tersebut, sang kakak tahu bahwa sebenarnya yang dia inginkan adalah untuk didengar oleh orang lain, dan untuk itu dia harus belajar untuk mendengar orang lain terlebih dahulu.

Setelah saling tukar, keempat monster tersebut saling berbagi. Yang tertua kemudian menceramahi ketiga adiknya dengan bijak, yang ungu karena dia ingin didengar, maka ia mendengar kakaknya dengan baik, dan seiring dengan itu dia belajar untuk berbicara lebih bijak lagi. Yang terkecil menjadi tidak malas dan mau bangun dari rebahannya. Dan ketika mereka semua haus, yang hijau memberikan gelasnya untuk diminum bersama. Ketika mereka lelah, mereka bisa menggunakan bantalnya untuk beristirahat tanpa harus menjadikan mereka malas.

Pada akhirnya, mereka secara bersama-sama melihat pada cermin keinginan. Ketika mereka berempat bercermin, tidak ada yang istimewa. Mereka hanya melihat diri mereka berempat di depan cermin. Mereka kebingungan. Dan saat itu juga dewa turun menemui mereka dan menjelaskan kepada mereka. Sebetulnya yang mereka inginkan sejak awal adalah untuk hidup bersama secara rukun. Setelah keempatnya sadar akan keinginan mereka, sang dewa mengambil kembali alat-alat ajaib tersebut. Seiring waktu, keinginan mereka untuk hidup bersama secara rukun menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan untuk hidup bersama secara rukun dan saling melengkapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar